MAKALAH FARMAKOLOGI
“OBAT ANTI JAMUR”
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan makalah Farmakologi dengan judul “Obat anti
jamur”
Makalah
ini disusun sebagai upaya memenuhi kebutuhan materi belajar-mengajar untuk mata
kuliah Farmakologi
Dalam
penulisan makalah ini juga tidak lepas dari dukungan berbagai pihak sehingga
penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
kepada bapak Adri sebagai dosen mata kuliah Farmakologi yang telah membimbing penulis. Tidak lupa
kepada teman-teman yang telah memberi dukungan dan semangat kepada penulis.
Penulis
menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal, mencurahkan
segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki, makalah ini masih banyak kekurangan
dan kelemahannya, baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam
penyusunan.Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik yang sifatnya
membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam
bidang mata ajar Farmakologi.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.
Yogyakarta, Desember
2011
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar…………………………………………………………………………………….2
Daftar
Isi…………………………………………………………………………………………..3
BAB
I Pendahuluan
1.1 Latar
belakang…………………………………………………………………………………4
1.2 Tujuan…………………………………………………………………………………………4
BAB
II Pembahasan
2.1
Defenisi……………………………………………………………………………..…………5
2.2
Jenis-jenis obat anti jamur…………………………………………………………………….5
2.3
Infeksi jamur…………………………………………………………………………………..6
BABA
III Penutup
3.1
Kesimpulan ………………………………………………………………………………….15
3.2
Saran…………………………………………………………………………………………15
Daftar
Pustaka……………………………………………………………………………………16
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Jamur
adalah organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti cendawan,
dan ragi.Beberapa jenis jamur dapat berkembang pada permukaan tubuh yang bisa
menyebabkan infeksi kulit, kuku, mulut atau vagina.Jamur yang paling umum
menyebabkan infeksi kulit adalah tinea. For example, tinea pedis ('athletes
foot) .Infeksi umum yang ada pada mulut dan vagina disebut seriawan.Hal ini
disebabkan oleh Candida.Candida merupakan ragi yang merupakan salah satu jenis
jamur.Sejumlah Candida umumnya tinggal di kulit.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui
pengertian obat anti jamur
2. Mengetahui
macam-macam obat anti jamur
3. Mengetahui
khasiat obat anti jamur
4. Mengetahui
indikasi dan kontraindikasi obat anti jamur
5. Mengetahui
dosis yang digunakan pada obat anti jamur
6. Mengetahui
efek samping dan cara mengatasi obat anti jamur
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Obat anti jamur merupakan obat yang digunakan untuk
menghilangkan organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti
cendawan dan ragi, atau obat yang digunakan untuk menghilangkan jamur.
2.2 Jenis jenis
obat anti jamur
2.2.1 Antijamur cream
Digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada kulit
dan vagina. Antara lain :
ketoconazole, fenticonazole, miconazole,
sulconazole, dan tioconazole.
2.2.2Antijamur peroral
Amphotericin
dan nystatin dalam bentuk cairan dan lozenges.Obat-obatan ini tidak terserap
melalui usus ke dalam tubuh. Obat tersebut digunakan untuk mengobati infeksi
Candida (guam) pada mulut dan tenggorokan. itraconazole, fluconazole,
ketoconazole, dan griseofulvin dalam bentuk tablet yang diserap ke dalam tubuh.
Digunakan untuk mengobati berbagai infeksi jamur.Penggunaannya tergantung pada
jenis infeksi yang ada.example: Terbinafine umumnya digunakan untuk mengobati
infeksi kuku yang biasanya disebabkan oleh jenis jamur tinea. Fluconazole
umumnya digunakan untuk mengobati jamur Vaginal. Juga dapat digunakan untuk
mengobati berbagai macam infeksi jamur pada tubuh
2.2.3 Antijamur injeksi
Amphotericin,
flucytosine, itraconazole, voriconazole dan caspofungin adalah obat-obatan anti
jamur yang sering digunakan dalam injeksi
2.3 Infeksi
jamur
2.3.1
Infeksi jamur sistemik
a. Amfoterisin
B
Amfoterisin
A dan B merupakan hasil fermentasi streptomyces nodosus.
-
Mekanisme
kerja
Amfoterisin B berikatan
kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur sehingga membran sel bocor dan kehilangan beberapa
bahan intrasel dan menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel. Salah satu
penyebab efek toksik yang ditimbulkan disebabkan oleh pengikatan kolesterol
pada membran sel hewan dan manusia. Resistensi terhadap amfoterisin B mungkin
disebabkan oleh terjadinya perubahan reseptor sterol pada membran sel.
-
Farmakokinetik
Absorbsi : sedikit sekali diserap melalui saluran
cerna. Waktu paruh kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang diikuti oleh eliminasi fase kedua dengan
waktu paruh kira-kira 15 hari, sehingga kadar mantapnya akan tercapai setelah
beberapa bulan setelah pemberian.
Ekskresi : obat ini
melalui ginjal berlangsung lambat sekali, hanya 3 % dari jumlah yang diberikan.
-
Efek
samping
·
Infus :
kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu,
anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang dan penurunan faal ginjal.
·
50% penderita yang mendapat dosis awal
secara IV akan mengalami demam dan menggigil.
·
Flebitis (-) menambahkan heparin 1000
unit ke dalam infus.
·
Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia
sering dijumpai pemberian kalium.
·
Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila
amfoterisin B diberikan bersama flusitosin.
-
Indikasi
·
Untuk pengobatan infeksi jamur seperti
koksidioidomikosis, aspergilosis, kromoblastomikosis dan kandidosis.
·
Amfoterisin B merupakan obat terpilih
untuk blastomikosis.
·
Amfoterisin B secara topikal efektif
terhadap keratitis mikotik.
-
Sediaan
·
Amfoterisin B injeksi tersedia dalam
vial yang mengandung 50 mg bubuk
-
Dosis
·
Pada umumnya dimulai dengan dosis yang
kecil (kurang dari 0,25 mg/kgBB) yang dilarutkan dalam dekstrose 5 % dan
ditingkatkan bertahap sampai 0,4-0,6 mg/kgBB sebagai dosis pemeliharaan.
·
Secara umum dosis 0,3-0,5 mg/kgBB cukup
efektif untuk berbagai infeksi jamur, pemberian dilakukan selama 6 minggu dan
bila perlu dapat dilanjutkan sampai 3-4 bulan
b. Flusitosin
Flucytosine
(5-fluorocytosine) adalah primidin sintetis yang telah mengalami fluorinasi
-
Mekanisme
kerja
Flusitosin masuk ke
dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam sitoplasma akan
bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5-Fluorourasil.
Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA
oleh metabolit fluorourasil
-
Farmakokinetik
·
Absorbsi : diserap dengan cepat dan baik melalui
saluran cerna.Pemberian bersama makanan memperlambat penyerapan tapi jumlah yang diserap tidak berkurang.
Penyerapan juga diperlambat pada
pemberian bersama suspensi alumunium hidroksida/magnesium hidroksida dan
dengan neomisin.
·
Distribusi :didistribusikan dengan baik
ke seluruh jaringan dengan volume distribusi mendekati total cairan tubuh.
·
Ekskresi : 90% flusitosin akan
dikeluarkan bersama melalui filtrasi glomerulu dalam bentuk utuh, kadar dalam
urin berkisar antara 200-500µg/ml.
·
Kadar puncak dalam darah setelah
pemberian per-oral dicapai 1-2 jam. Kadar ini lebih tinggi pada penderita
infusiensi ginjal.
·
Masa paruh obat ini dalam serum pada
orang normal antara 2,4-4.8 jam dan sedikit memanjang pada bayi prematur tetapi
dapat sangat memanjang pada penderita insufisiensi ginjal.
-
Efek
samping
·
Dapat menimbulkan anemia, leukopenia,
dan trombositopenia, terutama pada penderita dengan kelainan hematologik, yang
sedang mendapat pengobatan radiasi atau obat yang menekan fungsi tulang, dan
penderita dengan riwayat pemakaian obat tersebut.
·
Mual,muntah, diare dan enterokolitis
yang hebat.
·
Kira-kira 5% penderita mengalami
peninggian enzim SGPT dan SGOT, hepatomegali.
·
Terjadi sakit kepala, kebingungan, pusing,
mengantuk dan halusinasi.
-
Indikasi
·
infeksi sistemik, karena selain kurang
toksik obat ini dapat diberikan per oral.
·
Penggunaannya sebagai obat tunggal hanya
diindikasikan pada kromoblastomikosis
-
Sediaan
dan dosis
·
Flusitosin tersedia dalam bentuk kapsul
250 dan 500 mg
·
Dosis yang biasanya digunakan ialah
50-150 mg/kgBB sehari yang dibagi dalam 4 dosis.
c. Ketokanazol
-
Mekanisme
kerja
Seperti azole jenis
yang lain, ketoconazole berinterferensi dengan biosintesis ergosterol, sehingga
menyebabkan perubahan sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan membran.
-
Farmakokinetik
·
Absorbsi: diserap baik melalui saluran
cerna dan menghasilkan kadar plasma yang
cukup untuk menekan aktivitas berbagai jenis
jamur. Penyerapan melalui saluran cerna akan berkurang pada penderita
dengan pH lambung yang tinggi,pada pemberian bersama antasid.
·
Distribusi: ketokonazol setelah diserap
belum banyak diketahui.
·
Ekskresi : Diduga ketokonazol
diekskresikan bersama cairan empedu ke
lumen usus dan hanya sebagian kecil saja
yang dikeluarkan bersama urin, semuanya dalam bentuk metabolit yang tidak
aktif.
-
Efek
samping
Efek toksik lebih
ringan daripada Amfoterisin B.Mual dan muntah merupakan ESO paling sering
dijumpai.ESO jarang : sakit kepala,
vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia, parestesia, gusi berdarah, erupsi kulit,
dan trombositopenia.
-
Indikasi
Ketokonazol terutama
efektif untuk histoplasmosis paru, tulang, sendi dan jaringan lemak
-
Kontraindikasi
Obat ini sebaiknya tidak diberikan
pada wanita hamil karena pada tikus, dosis 80 mg/kgBB/hari menimbulkan cacat
pada jari hewan coba tersebut.
d. Itakonazol
-
Mekanisme
kerja
Seperti halnya azole
yang lain, itraconazole berinterferensi dengan enzim yang dipengaruhi oleh
cytochrome P-450, 14(-demethylase. Interferensi ini menyebabkan akumulasi
14-methylsterol dan menguraikan ergosterol di dalam sel-sel jamur dan kemudian
mengganti sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan membrane
-
Farmakokinetik
·
Itrakonazol akan diserap lebih sempurna
melalui saluran cerna, bila diberikan bersama dengan makanan. Dosis 100 mg/hari
selama 15 hari akan menghasilkan kadar puncak sebesar 0,5 µg/ml.
·
Waktu paruh eliminasi obat ini 36 jam
(setelah 15 hari pemakaian).
-
Sediaan
dan dosis
·
Itrakonazol tersedia dalam kapsul 100
mg.
·
Untuk dermatofitosis diberikan dosis 1 x
100mg/hari selama 2-8 minggu
·
Kandidiasis vaginal diobati dengan dosis
1 x 200 mg/hari selama 3 hari.
·
Pitiriasis versikolor memerlukan dosis 1
x 200 mg/hari selama 5 hari.
·
Infeksi berat mungkin memerlukan dosis
hingga 400 mg sehari.
-
Efek
samping
Kemerahan, pruritus,
lesu, pusing, edema, parestesia10-15% penderita mengeluh mual atau muntah tapi
pengobatan tidak perlu dihentikan
-
Indikasi
Itrakonazol memberikan hasil
memuaskan untuk indikasi yang sama dengan ketokonazol antara lain terhadap
blastomikosis, histoplasmosis, koksidiodimikosis, parakoksidioidomikosis,
kandidiasis mulut dan tenggorokan serta tinea versikolor.
e. Fluconazol
-
Mekanisme
kerja
Menghambat sintesis
ergosterol membran sel jamur.
-
Farmakokinetik
·
Obat ini diserap sempurna melalui
saluran cerna tanpa dipengaruhi adanya makanan ataupun keasaman lambung.
·
Kadar puncak 4-8 µg dicapai setelah beberapa
kali pemberian 100 mg.
·
Waktu paruh eliminasi 25 jam sedangkan
ekskresi melalui ginjal melebihi 90% bersihan ginjal.
-
Sediaan
dan dosis
·
Flukonazol tersedia untuk pemakaian per
oral dalam kapsul yang mengandung 50 dan 150mg.
·
Dosis yang disarankan 100-400 mg per
hari.
·
Kandisiasis vaginal dapat diobati dengan
dosis tunggal 150 mg.
-
Efek
samping
·
Gangguan saluran cerna merupakan ESO paling
banyak
·
Reaksi alergi pada kulit, eosinofilia,
sindrom stevensJohnson.
-
Indikasi
Flukonazol dapat mencegah relaps
meningitis oleh kriptokokus pada penderita AIDS setelah pengobatan dengan
Amfoterisin B. Obat ini juga efektif untuk pengobatan kandidiasis mulut dan
tenggorokan pada penderita AIDS.
f. Kalium
iodide
Kalium Iodida adalah obat terpilih untuk Cutaneous lymphatic sporotrichosis
-
Efek samping
·
Rhinitis
·
Salivasi
·
lakrimasi
·
rasa terbakar pada mulut dan tenggorok
·
iritasi pada mata
·
sialodenitis dan akne pustularis pada
bagian atas bahu
-
Dosis
·
Kalium iodida diberikan dengan dosis 3
kali sehari 1 ml larutan penuh (1g/ml).
·
Dosis ditingkatkan 1 ml sehari sampai
maksimal 12-15 ml.
·
Penyembuhan terjadi dalam 6-8 minggu,
namun terapi masih dilanjutkan sampai sedikitnya 4 minggu setelah lesi
menghilang atau tidak aktif lagi
2.3.2
Infeksi jamur topical
a. Griseofulvin
Griseofulvin adalah
antibiotik anti jamur yang dihasilkan oleh sejumlah spesies Penicillium dan
pertama kali diperkenalkan adalah berbentuk obat oral yang diperuntukkan bagi
pengobatan penyakit dermatophytosis
-
Mekanisme
Kerja
Griseofulvin kelompok
obat fungistatis yang mengikat protein-potein mikrotubular dan berperan untuk
menghambat mitosis sel jamur.Selain itu, griseofulvin juga inhibitor
(penghambat) bagi sintensis asam nukleat.
-
Farmakokinetik
·
Griseofulvin kurang baik penyerapannya
pada saluran cerna bagian atas karena obat ini tidak larut dalam air.
Penyerapan lebih mudah bila griseofulvin diberikan bersama makanan berlemak
·
Dosis oral 0.5 hanya akan menghasilkan
kadar puncak dalam plasma kira-kira 1 µg/ml setelah 4 jam.
·
Obat ini mengalami metabolisme di hati
dan metabolit utamanya adalah 6-metilgriseofulvin.
·
Waktu paruh obat ini kira-kira 24 jam,
50% dari dosis oral yang diberikan dikeluarkan bersama urin dalam bentuk
metabolit selama 5 hari.
-
Efek
samping
·
Leukopenia dan granulositopenia menghilang bila terapi dilanjutkan.
·
Sakit kepala keluhan utama pada
kira-kira 15% penderita yang biasanya hilang sendiri sekalipun pemakaian obat
dilanjutkan.artralgia, neuritis perifer,
demam, pandangan mengabur, insomnia, berkurangnya kecakapan, pusing dan
sinkop, pada saluran cerna dapat terjadi rasa kering mulut, mual, muntah, diare
dan flatulensi.
·
Pada kulit dapat terjadi urtikaria,
reaksi fotosensitivitas, eritema multiform, vesikula dan erupsi menyerupai
morbili.
-
Indikasi
·
Efektif untuk infeksi jamur di kulit,
rambut, dan kuku yang disebabkan oleh jamur Microsporum, Tricophyton, dan
Epidermophyton.
-
Sediaan
dan dosis
·
Griseofulvin tersedia dalam bentuk
tablet berisi 125 dan 500 mg dan suspesi mengandung 125 mg/ml.
·
Pada anak griseofulvin diberikan 10
mg/kgBB/hari
·
Untuk dewasa 500-1000 mg/hari dalam
dosis tunggal.
·
Hasil memuaskan akan tercapai bila dosis
yang diberikan dibagi empat dan diberikan setiap 6 jam
-
Kontaindikasi
·
Griseofulvin bersifat kontraindikasi
pada pasien penderita penyakit liver karena obat ini menyebabkan kerusakan
fungsi hati
b. Imidazol
dan Triazol
Anti
jamur golongan imidazol mempunyai spektrum yang luas.Yang termasuk kelompok ini
ialah mikonazol, klotrimazol, ekonazol, isokonazol, tiokonazol, dan bifonazol.
MIKONAZOL
Mikonazol
merupakan turunan imidazol sintetik yang relatif stabil, mempunyai spektrum ani
jamur yang lebar baik terhadap jamur sistemik maupun jamur dermatofit.
-
Mekanisme
Kerja
Mikonazol menghambat
sintesis ergosterol yang menyebabkan permeabilitas membran sel jamur meningkat
-
Farmakokinetik
·
Daya absorbsi Miconazole melalui
pengobatan oral kurang baik.
·
Miconazole sangat terikat oleh protein
di dalam serum. Konsentrasi di dalam CSF tidak begitu banyak, tetapi mampu
melakukan penetrasi yang baik ke dalam peritoneal dan cairan persendian.
·
Kurang dari 1% dosis parenteral
diekskresi di dalam urin dengan komposisi yang tidak berubah, namun 40% dari
total dosis oral dieliminasi melalui kotoran dengan komposisi yang tidak
berubah pula.
·
Miconazole dimetabolisme oleh liver dan
metabolitnya diekskresi di dalam usus dan urin. Tidak satupun dari metabolit
yang dihasilkan bersifat aktif
-Indikasi
Diindikasikan untuk
dermatofitosis, tinea versikolor, dan kandidiasis mukokutan.
-
Efek
samping
Berupa iritasi dan rasa
terbakar dan maserasi memerlukan penghentian terapi.
-
Sediaan
dan dosis
Obat ini tersedia dalam
bentuk krem 2% dan bedak tabur yang digunakan 2 kali sehari selama 2-4 minggu.
-
Indikasi
·
Krem 2 % untuk penggunaan intravaginal
diberikan sekali sehari pada malam hari untuk mendapatkan retensi selama 7
hari.
·
Gel 2% tersedia pula untuk kandidiasis
oral.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Obat
anti jamur merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan organisme
mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti cendawan dan ragi, atau obat
yang digunakan untuk menghilangkan jamur.Macam-macam obat anti jamur yaitu
Amfoterisin B, Flusitosin, Ketokanazol dan lain-lain. Adapun efek samping dari
penggunaan setiap jenis obat anti jamur yaitu gangguan saluran cerna merupakan
ESO paling banyak, reaksi alergi pada kulit, eosinofilia, sindrom
stevensJohnson, Rhinitis,Salivasi, lakrimasi, rasa terbakar pada mulut dan
tenggorokan, iritasi pada mata,sialodenitis dan akne pustularis pada bagian
atas bahu.Pencegahan atau cara mengatasi efek samping dari obat anti jamur
dapat dilakukan dengan cara terapi atau konsumsi obat yang tidak berlebihan
atau sesuai resep dokter.
3.2 SARAN
a. Bagi
dokter atau tenaga kesehatan lain, hendaknya memberikan konseling tentang
pengunaan obat yang baik dan benar, juga memberikan kepada pasien dosis obat
yang sesuai agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
b. Bagi
masyarakat sebaiknya menggunakan obat sesuai resep dokter dan menggunakan obat
sesuai kebutuhan dan tidak menyalahgunakan obat.
DAFTAR
PUSTAKA
Batubara,
P. 2010. Farmakologi Dasar. Jakarta:
Leskonfi
http://yosefw.wordpress.com/2009/03/20/sekilas-info-tentang-antijamur-flukonazol/
0 komentar:
Post a Comment