Monday 27 May 2013

PENGARUH PARTISIPASI DAN KEPUASAN PEMAKAI TERHADAP KINERJA SISTEM INFORMASI


PENGARUH PARTISIPASI DAN KEPUASAN PEMAKAI TERHADAP KINERJA SISTEM INFORMASI


Disusun Oleh :
EDMUNDUS ROKE WEA
(153110100)


ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JOGJAKARTA
2012/2013

DAFTAR ISI

BAB 1    PENDAHULUAN                                                              
1.1  Latar Belakang Masalah                                             
1.2  Rumusan Masalah                                                       
1.3  Tujuan Penelitian                                                        
1.4  Manfaat Penelitian                                                      

BAB 2    LANDASAN TEORI                                                         
BAB 3    METODOLOGI PENELITIAN                                     

Daftar Pustaka
                                                                                                  
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Saat ini teknologi berkembang sangat cepat. Hal ini diikuti oleh perkembangan teknologi yang berbasis sistem informasi. Perkembangan dari sistem informasi membutuhkan berbagai faktor pendukung, seperti partisipasi dari pengguna. Partisipasi pengguna diharapkan mampu mendukung kesuksesan dari sistem informasi yang mencerminkan kepuasan dari para pengguna sistem informasi.
Hubungan antara partisipasi dan kepuasan para pengguna dipengaruhi oleh beberapa faktor kemungkinan. McKeen dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa  kompleksitas tugas dan kompleksitas sistem sebagai variabel-variabel yang moderat, sedangkan dampak dari pengguna dan komunikasi pengguna sebagai variabel yang independen dihubungkan dengan partisipasi dan kepuasan dari para pengguna.
Pengembangan sistem informasi merupakan sebuah keputusan yang sangat strategis. Selain menyangkut investasi yang cukup besar, terdapat banyak faktor lain yang harus dipertimbangkan. Kompleksitas sistem bukanlah merupakan jaminan perbaikan kinerja, bahkan bisa jadi kontraproduktif bila dalam tahapan implementasi ternyata tidak didukung dengan kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang dikuasai perusahaan. Guimares menyatakan bahwa sistem informasi harus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pengguna.
Paparan singkat ini menunjukkan bahwa dalam pengembangan sistem informasi, organisasi perlu untuk secara proaktif melibatkan SDM-nya dengan keputusan strategis ini. Dengan kata lain diperlukan partisipasi aktif dari para pengguna (pegawai) agar nantinya sistem yang dikembangkan dapat berjalan secara efektif.
Beberapa hasil riset menemukan bahwa partisipasi aktif  dalam pengembangan sistem mempunyai hubungan positif dengan keberhasilan sistem. Namun demikian beberapa hasil riset lain justru memperoleh temuan yang berbeda. Partisipasi mempunyai hubungan yang negatif dan partisipasi mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan keberhasilan sistem. Pertentangan hasil riset ini memberikan indikasi perlunya dilakukan pendekatan kontijensi dalam mencari hubungan antara partisipasi pengguna dan keberhasilan sistem dalam pengembangan sistem informasi.
Keberhasilan sistem mempunyai tiga komponen (tolak ukur), yaitu kualitas sistem, manfaat sistem dan kepuasan pengguna. Pendapat ini menunjukkan bahwa keberhasilan dalam pengembangan sistem informasi terkait dengan pengguna ditentukan oleh sampai sejauh mana partisipasi yang ada dapat menyebabkan kepuasan pengguna. Dalam komunitas pengembang sistem, partisipasi merupakan faktor yang harus dipertimbangkan untuk menjamin kepuasan pengguna sehingga mampu menunjang keberhasilan sistem tersebut
Pengguna mempunyai peran yang sangat sentral dalam pengembangan sistem informasi. Faktor partisipasi pengguna secara umum dari berbagai hasil riset memberikan kontribusi positif terhadap keberhasilan pengembangan sistem. Pengguna ketiga terminologi variabel ini (kepuasan pengguna, keberhasilan sistem dan kualitas sistem) seringkali rancu. Seringkali kepuasan pengguna dianggap sama dengan kualitas sistem, atau bila tidak kepuasan pengguna digunakan untuk mengukur kualitas sistem.
Terkait dengan partisipasi pengguna, Rini, Susetyo memberikan gambaran bahwa partisipasi merupakan variabel yang sangat kompleks. Secara psikologis, partisipasi diharapkan mampu mencapai tiga aspek penting, yaitu aspek kognitif (pengetahuan, pemahaman dan kreatifitas), aspek motivasional (peningkatan kepercayaan dan sensitivitas terhadap kontrol) serta aspek pencapaian nilai (ekspresi diri, kebebasan, pengaruh, dsb). Pencapaian ketiga aspek ini diharapkan (masing-masing secara berurutan) dapat menyebabkan kemanfaatan dan desain yang lebih baik, penolakan yang lebih rendah, penerimaan yang lebih tinggi, serta dapat meningkatkan moral dan kepuasan pengguna.
Tingkat partisipasi dan kepuasan pemakai akan mempengaruhi kesuksesan sistem, dimana partisipasi pemakai dapat meningkatkan kinerja sistem informasi. Sebagaimana telah diuraikan di atas, diketahui bahwa partisipasi mempunyai hubungan yang positif dengan kepuasan pemakai, namun pada besaran yang berbeda-beda dan fluktuatif. Demikian pula temuan tentang variabel dukungan manajemen puncak, komunikasi pemakai-pengembang, kompleksitas tugas, kompleksitas sistem dan pengaruh pemakai sebagai variabel moderating masih kontradiksi.


1.2  Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan pokok permasalahannya, yaitu :
1.        Apakah partisipasi pemakai mempengaruhi kinerja sistem informasi?
2.        Apakah kepuasan pemakai mempengaruhi kinerja sistem informasi?
3.        Bagaimanakah pengaruh interaksi partisipasi pemakai dan kepuasan pemakai terhadap kinerja sistem informasi?

1.3  Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai :
1.      Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh partisipasi pemakai terhadap kinerja sistem informasi.
2.      Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kepuasan pemakai terhadap inerja sistem informasi.
3.      Untuk mengetahui bagaimana pengaruh interaksi partisipasi pemakai dan kepuasan pemakai terhadap kinerja sistem informasi.

1.4  Manfaat Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain yaitu :
1.    Karyawan staf departemen sistem informasi untuk memberikan pelayanan yang baik dalam memenuhi kebutuhan para pengguna jasanya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pemakai, yang nantinya akan berpengaruh pada kinerja sistem informasi.
2.    Manajer sistem informasi, diharapkan dapat sebagai input bagi pengambil keputusan (decision maker) untuk menelaah lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat memoderasi pengaruh partisipasi pemakai dalam pengembangan sistem informasi, sehingga dapat mengarah pada kesuksesan pengembangan sistem informasi.
3.    Bagi peneliti, diharapkan dapat menjadi pedoman atau referensi untuk penelitian dalam bidang sistem informasi di masa mendatang.
4.    Bagi peneliti lain, diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pustaka untuk kegiatan penelitian yang sejenis.



BAB II
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori
2.1.1. Sistem Informasi
Sistem informasi adalah suatu kerangka kerja dimana sumberdaya (manusia, komputer) dikoordinasikan untuk mengubah masukan (data) menjadi keluaran (informasi), guna mencapai sasaran perusahaan. Sistem informasi mirip dengan sebuah jaringan komunikasi karena keduanya sama-sama menyediakan informasi untuk berbagai pihak.
2.1.1.1.  Konsep Dasar Sistem
Pada dasarnya sesuatu dapat disebut sistem apabila memenuhi dua syarat. Pertama adalah memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Bagian-bagian itu disebut subsistem, atau ada pula yang menyebutnya sebagai prosedur.
Syarat yang kedua adalah bahwa suatu sistem harus memiliki tiga unsur, yaitu input, proses, dan output.
2.1.1.2.  Tujuan Sistem Informasi
            Sistem informasi suatu organisasi dalam dunia bisnis, pendidikan, dan pemerintahan mempunyai tiga sasaran utama yaitu menyediakan informasi yang menunjang pengambilan keputusan, menyediakan informasi yang mendukung operasi harian, dan menyediakan informasi yang menyangkut pengelolaan kekayaan. Baik pengguna interen maupun eksteren dilayani oleh informasi pendukung kegiatan operasional, sedangkan informasi untuk pengelolaan kekayaan hanya ditujukan bagi pengguna eksteren. Kebanyakan informasi untuk dua sasaran terakhir dan sebagian informasi untuk sasaran pertama dihasilkan melalui pemrosesan data transaksi.
2.1.1.3.  Fungsi-Fungsi Yang Dijalankan Oleh Sistem Informasi
            Mekanisme atau kerangka kerja terdiri atas lima tugas atau fungsi pokok: pengumpulan data, manajemen data, pengendalian dan pengamanan data, serta penyediaan informasi. Fungsi-fungsi ini kemudian terdiri atas serangkaian tahap, yang sering disebut sebagai siklus pemrosesan data, yang mentransformasikan data dari berbagai sumber menjadi informasi yang dibutuhan oleh berbagai macam pengguna.
1.      Tahap Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data biasanya biasanya ada beberapa tahap yang dilalui. Tahap penangkapan data (data capture) adalah tahap penarikan data ke dalam sistem. Setelah ditangkap, data biasanya dicatat (recorded) pada formulir-formulir yang dinamai dokumen sumber. Data tangkapan mungkin juga diabsahkan (divalidasi) untuk memastikan akurasi atau ketepatannya dan diklasifikasikan untuk dapat dimasukkan ke dalam kategori-kategori yag telah ditentukan. Selanjutnya, data dapat ditransmisikan atau dipindahkan dari titik tangkapan ke titik pemrosesan.
2.      Tahap Pemrosesan Data
Data yang terkumpul biasanya menjalani serangkaian tahap pemrosesan untuk dapat ditransformasikan menjadi informasi yang berguna. Tahap validasi dan klasifikasi lebih lanjut dapat dilakukan. Adakalanya data dialihkan (transcribed) ke dalam media atau dokumen lain. Data dapat dikelompokkan biasanya disortasi menurut satu atau beberapa karakteristik. Bila tedapat data kuantitatif, langkah perhitungan atau perbandingan seringkali dilakukan sebagai akibatnya data baru mungkin tercipta.
3.      Manajemen data
Fungsi dari manajeman data terdiri atas tiga kunci : penyimpanan (storing), pemutakhiran (updating), dan pengambilan ulang (retrieving).
4.      Pengendalian Dan Keamanan Data
Data yang masuk ke dalam pemrosesan bisa saja salah, data mungkin juga hilang atau dicuri selama pemrosesan, hasil pencatatan dapat dipalsukan selama pemrosesan dan sebagainya. Langkah pengendalian dan tindakan pengamanan lain meliputi otomatisasi, perujukan (rekonsiliasi), verifikasi, dan tinjauan ulang (review).
5.      Penyediaan Informasi
Fungsi terakhir sistem informasi ini , menempatkan informasi ke tangan pengguna, dapat meliputi satu langkah atau lebih. Pelaporan mencakup penyiapan laporan dari data olahan, data simpanan atau dari keduanya. Komunikasi terdiri dari membuat laporan yang mudah digunakan oleh pengguna dan secara fisik menyampaikan laporan kepada pengguna.              
2.1.2 Pengembangan Sistem Informasi
Siklus pengembangan sistem terdiri atas beberapa tahap, diawali dengan perencanaan sistem dan diakhiri dengan implementasi sistem.
Perencanaan sistem meletakkan dasar bagi sistem informasi baru atau sistem informasi hasil revisi. Tahap ini meliputi persiapan rencana sistem induk di samping juga usulan proyek sistem untuk melaksanakan rencana tersebut.
Analisis sistem meliputi survai dan analisis terhadap sistem informasi yag sekarang. Tahap ini akan menentukan informasi yang diperlukan para pengguna dari sistem yang baru di samping juga persyaratan teknis dari sistem itu sendiri.
Desain sistem meliputi penentuan spesifikasi yang memenui kebutuhan dan persyaratan yang ditentukan selama tahap analisis sistem. Seringkali dibuat desain-desain alternatif untuk dievaluasi.
Justifikasi dan seleksi sistem meliputi analisis rinci mengenai manfaat dan biaya dsain sistem tertentu. Tahap ini juga mencakup evaluasi usulan-usulan dari produsen peralatan pemrosesan, agar peralatan yang palin sesuailah yang dipilih untuk mengimplementasikan desain.
Implementasi sitem terdiri dari lagkah-langkah penyelesaian rincian desain baru perekrutan dan pelatihan karyawan-karyawan baru, memasang dan menguji coba peralatan baru, mengkonversi arsip-arsip ke media yang baru dan menghidupkan mesin sistem baru.
2.1.3.  Partisipasi Pemakai Dalam Pengembangan Sistem Informasi
Partisipasi pemakai merupakan keterlibatan pemakai sistem informasi dalam pengembangan sistem informasi. Apabila pemakai diberi kesempatan untuk memberikan pendapat dan usulan dalam pengembangan sistem informasi maka pemakai secara psikologis akan merasa bahwa sistem informasi tersebut merupakan tanggung jawabnya, sehingga diharapkan kinerja sistem informasi akan meningkat. Keterlibatan pemakai yang semakin sering akan meningkatkan kinerja system informasi dikarenakan adanya hubungan yang positif antara keterlibatan pemakai dalam proses pengembangan sistem informasi dalam kinerja system informasi.

2.2 Kajian Pustaka
2.2.1.  Pengaruh Partisipasi Pemakai Dalam Pengembangan Sistem Informasi
Pengguna mempunyai peran yang sangat sentral dalam pengembangan sitem informasi. Faktor partisipasi pengguna secara umum dari berbagai hasil riset memberikan kontribusi positif terhadap keberhasilan pengembangan sistem.
Partisipasi pengguna mempunyai hubungan yang sangat signifikan dengan keberhasilan sistem. Artinya dalam konteks tidak langsung adanya partisipasi pengguna merupakan upaya untuk mencapai kepuasan pengguna agar keberhasilan dalam pengembangan sistem dapat tercapai.Partisipasi pengguna merupakan faktor penting yang harus dipenuhi. Wawancara, survey, identifikasi kebutuhan pengguna akan dilakukan secara intens untuk memperbaiki kualitas keputusan desain sistem informasi. Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan kepuasan pengguna yang pada gilirannya menyebabkan keberhasilan pengembangan sistem.
2.2.2.  Kepuasan Pemakai Dan Kinerja Sistem Informasi
Suatu departemen SI yang sukses harus mampu memberikan keuntungan bagi para pengguna jasa melalui aktivitas pelayanan yang dilakukannya dan mampu membantu organisasi mencapai tujuannya. Dengan kata lain suatu departemen SI yang sukses haruslah efektif bagi pengguna dan organisasinya. Dengan demikian mampu memberikan kepuasan kepada para pengguna jasanya.
Perluasan fungsi departemen SI seiring dengan kemajuan dan perubahan lingkungan bisnis global menuntut diperbesarnya cakupan model kesuksesan sistem informasi yang menawarkan suatu model yang diperbaharui dengan menambahkan kualitas jasa sistem informasi. Kualitas jasa bersama-sama dengan kualitas sistem dan informasi akan mempengaruhi kegunaan dan kepuasan para pengguna jasa sistem informasi.
2.2.3.  Hubungan Partisipasi Dan Kepuasan Pemakai Dalam Pengembangan Sistem Informasi
Secara psikologis, partisipasi diharapkan mampu mencapai tiga aspek penting, yaitu aspek kognitif, aspek motivasional serta aspek pencapaian nilai. Kesuksesan pencapaian target dari ketiga aspek ini pada gilirannya akan menyebabkan semakin meningkatnya produktifitas dan kepuasan pengguna.
Setianingsih dan Indriantoro melakukan penelitian terhadap 94 manajer divisi atau departemen dari berbagai perusahaan jasa, manufaktur, maupun dagang yang berlokasi di wilayah Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan yang positif dan sisgnifikan antara partisipasi dengan kepuasan pemakai dalam pengembangan sistem informasi. Partisipasi dan kepuasan pemakai digunakan untuk menunjukkan intervensi personal yang nyata atau aktivitas pemakai dalam pengembangan sistem informasi, mulai dari tahap perencanaan, pengembangan sampai tahap implementasi sistem informasi. Hal ini menyebabkan penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
HA: Partisipasi dan kepuasan pemakai mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja sistem informasi.



BAB III
METODE PENELITIAN


3.1. Teknik Pengumpulan Data
Tenik pengumpulan data menggunakan metode survei dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yaitu mahasiswa di  jurusan ilmu komunikasi UPN VETERAN  Yogyakarta . Peneliti melakukan penyebaran kuesioner dengan cara mendatangi satu persatu calon responden. Penyebaran dilakukan dalam lingkungan perguruan tinggi.
Alasan menggunakan metode survei dengan menyebarkan kuesioner secara langsung kepada responden adalah agar supaya peneliti dapat menghemat waktu, tenaga, biaya. Penggunaan metode tersebut dapat mengungkap persepsi responden secara sebenarnya.


DAFTAR PUSTAKA


·         Astuti, Sri, 2003, Pengaruh Diversitas Kemanfaatan dan Lingkup Pengembangan Kemanfaatan  Teknologi Informasi terhadap Kepuasan Pemakai.
·         HM., Jogiyanto, 1995, Analisis dan Desain System Informasi Pendekatan Terstruktur: Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, Andi Offset:Yogyakarta.
·         Rini, Susetyo. 2002. ”Pengaruh partisipasi dan tingkat pemahaman, serta penerimaan system terhadap kepuasan pengguna dalam pemgembangan sistem informasi.
·         Susana. 2002. ”Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Keahlian dan Partisipasi dengan Kepuasan Pengguna dalam Pengembangan Sistem Informasi”.





Selengkapnya di http://www.maseteguh.com/2015/11/memasang-kode-unit-iklan-adsense.html#ixzz4MoUVmb9a

perempuan dan mesin hasrat kapitalisme


EKSPLOITASI PEREMPUAN DALA MEDIA MASSA
BAB 1
PENDAHULUAN
Perkembangan jaman telah menimbulkan berbagai pergeseran nilai terutama nilai - nilai moral. Teknologi sekarang memungkinkan untuk mendukung hal – hal yang dahulu di anggap tabu. Secara nyata perkembangan teknologi telah mampu menciptakan dunia global yang berkembang. Yaitu ketika dunia teknologi berkembang dalam skala masal, maka teknologi telah merubah bentuk masyarakat dari masyarakat dunia lokal menjadi masyarakat dunia global.
Teknologi secara fungsional telah menguasai masyarakat, bahkan pada fungsi yang substansial seperti mengatur lalu lintas, mengatur komunikasi dan mengatur pertunjukan. Perkembangan teknologi tidak hanya berdampak pada teknologi informasi yang membuat media massa memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat modern seperti memasuki dunia global atau mendorong perkembangan sebuah lingkungan yang strategis namun juga memacu hal-hal yang banyak menonjolkan fisik yang mengarah pada sensualitas, yang menurut Prof. Dr. Burhan Bungin dikenal dengan istilah pornomedia.
Penonjolan bentuk fisik perempuan tidak hanya tampil dalam berbagai program acara seperti halnya dangdut tapi juga dalam media masa seprti sinetron,film,iklan.Media hadir menyampaikan pesan tertentu dan media ini ternyata sangat berpengaruh dalam masyarakat.
Lalu eksploitasi seperti apa yang seharusnya tidak muncul dalam media seperti iklan.. Begitu banyaknya iklan yang dahulu masyarakat anggap tabu kini menjadi bagian dari keseharian. Media telah sangat mendukung peran eksploitasi perempuan dalam iklan. Begitu banyak iklan yang mengandung eksploitasi perempuan hingga sulit dibedakan apa itu bentuk eksploitasi atau bukan. Karena ada sebagian masyarakat yang menilai bahwa eksploitasi lebih bersifat subjektif yang dalam hal ini sama halnya dengan pornografi. 


BAB II
PEMBAHASAN

A.EKSPLOITASI PEREMPUAN DALAM MEDIA MASSA


Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi, maka informasi yang kita dapatkan dapat diakses dengan mudah dan cepat hal tersebut dapat kita lihat padapun perkembangan media elektronik khususnya televisi dan internet.
Dalam perkembangan media elektronik khususnya televisi dan internet tentu saja membawa dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatif terutama terhadap perempuan yang terdapat dalam media elektronik khususnya perempuan dalam media elektronik tersebut. Hal yang sensitif dalam persoalan eksploitasi perempuan ini adalah ketika di kontruksikan dengan media massa tentunya baik dalam hal tayangan (content) atau sifatnya dalam bentuk berita (news)..Bentuk eksploitasi tersebut dapat kita lihat dalam industri media elektronik, televisi dan internet, perempuan kerap kali hanya dijadikan sebagai obyek seksual, dimana tubuh perempuan maupun sifat keperempuanan dijadikan salah satu alat untuk memancing daya tarik pemirsa baik dalam sinetron, film televisi, dan program-program televisi lainnya, memanfaatkan keindahan atau sensualitas tubuh perempuan sebagai alat untuk menjual produk yang diiklankan atau untuk dimanfaatkan dalam memperoleh keuntungan di industri pornografi dalam mediatelevisi dan internet adalah terdapatnya eksploitasi elektronik internet.
Eksploitasi perempuan dalam media elektronik khususnya televisi dan internet tentu saja membawa dampak terhadap perempuan. Komite televisi Indonesia harus menyadari hal semacam ini dan masih harus belajar lebih banyak lagi untuk menyajikan informasi yang lebih bermanfaat. Setidaknya membuka kesadaran kita lebih jauh betapa televisi tidak lebih baik dan tidak lebih rendah dari realitas sesungguhnya yang terlebih dahulu kita anggap tidak baik dan rendah.
Berdasarkan uraian tersebut banyak hal yang perlu kita cermati dalam pemberdayaan perempuan yang merupakan instrument dalam media pertelevisian maupun internet.
B.EKSPLOITASI PEREMPUAN
Eksploitasi (Inggris: exploitation) adalah politik pemanfaatan yang secara sewenang-wenang terlalu berlebihan terhadap sesuatu subyek eksploitasi hanya untuk kepentingan ekonomi semata-mata tanpa mempertimbangan rasa kepatutan, keadilan serta kompensasi kesejahteraan.
Eksploitasi perempuan merupakan fenomena yang fundamental yang tentu menarik untuk dicermati dan dikaji dalam perspektif ilmu sosial, khususnya dalam ranah ilmu hukum dengan latar belakang bicara mengenai issue-issue gender.
 Persoalannya adalah sampai saat ini eksploitasi perempuan tersebut ketika dihubungkan dalam konteks hukum, fakta yang terjadi di masyarakat adalah masih seringnya terdapat atau dijumpai tentunya dalam berbagai bentuk dalam kerangka kriminologis. Hal yang sensitif dalam persoalan eksploitasi perempuan ini adalah ketika di kontruksikan dengan media massa tentunya baik dalam hal tayangan (content) atau sifatnya dalam bentuk berita (news).
 Seiring berjalannya waktu realitas yang kita lihat adalah ketika mulai banyak segelintir pihak yang mempertanyakan dan menggugat peranan media massa dalam penyebaran berbagai informasi dan hal-hal negatif. Banyak kalangan yang menuding bahwa media massa, entah disadari atau tidak, punya peranan penting dalam proses kemerosotan moral bangsa ini. Tudingan itu bertolak dari kenyataan bahwa saat ini terutama karena adanya “eforia media” sebagai jargon “kebebasan pers” yang efek sampingnya adalah buah dari proses reformasi.
Banyak sekali praktek media masa yang terang-terangan menampilkan aspek yang selama ini dianggap “tabu“ untuk ditampilkan sebagai jualan utamanya dan karenanya dianggap lagi tidak memperdulikan tatanan norma-norma yang berlaku di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Hidayat dan Sandjaja, dalam “media and the pandora’sbot of reformasi” mengungkapkan bagaimana euforia reformasi kemudian ikut berperan dalam menjadikan media massa sebagai kotak Pandora yang “melepaskan” berbagai macam hal buruk, seperti konflik dan kekerasan sebagai komoditas. Selain aspek politik dan liputan-liputan berbau mistik yang tadinya “tabu” untuk dibicarakan terbuka apalagi dijadikan untuk liputan media namun sekarang wujudnya semakin bergeser menjadi jualan yang laris adalah yang berkaitan dengan seksualitas dan seks, tentu obyeknya langsung atau tidak langsung adalah perempuan, dalam hal ini adalah pornografi. Singkatnya, seksualitas dan juga sensualitas dalam berbagai bentuk menjadi semacam “hot sale” yang hampir selalu ada dalam praktek media massa dengan jargon “perempuan” sebagai komoditas, misalnya saja iklan sebagai bentuk salah satu jenis eksploitasi perempuan dalam tayangan media televisi.
Perkembangan yuridisnya sekarang memang muncul berbagai regulasi mengenai persoalan ini undang-undang pornografi, undang-undang informasi dan transaksi elektronik atau UU No 11 tahun 2008 akan tertutup sampai saat ini masalah eksploitasi perempuan di media massa tersebut tetaplah menjadi “komoditas” media dan publik. Tanpa disadari bahwa membuat hal tersebut sebagai sesuatu yang menyimpang, baik dari segi etika dan aturan tentunya.
C.PEREMPUAN SEBAGAI OBYEK MEDIA MASSA
            Wanita atau perempuan secara filsafat adalah makhluk humanis, namun tidak berarti ia weakness atau lemah untuk melakukan sesuatu sulit, dalam berbagai berbagai profesi saja perempuan sebagai yang nomor satu terlepas dari apapun yang pro atau pun kontra terhadap kesetaraan perempuan atau gender, perempuan dalam status sosial yang diatas tentu menjadi kuat dan profesional dalam melaksanakan aktifitas. Persoalannya disini adalah ketika dilihat dari sisi keadilan masyarakat tentu berbeda ketika kita melihat perempuan dalam tatanan status sosial yang lain. Dalam hal ini yang muncul adalah perempuan menjadi sosok yang kadang termarginalkan oleh hak-hak dan perlindungan atasnya.
            Perempuan sebagai obyek disini adalah sebagai tempelan yang berlandaskan manfaat atas kepentingan tertentu, dalam hal ini adalah media massa baik itu cetak ataupun elektronik. Lantas kenapa perempuan di eksploitasi sebagai obyek disini?, tentunya alasan yang umum adalah nilai jual perempuan mahal sebab perempuan makhluk yang menawan dalam arti fisik apapun alasannya hampir pasti orang suka ketika melihat perempuan di televisi atau media. Ironisnya disini adalah perempuan/ wanita cenderung mempunyai fungsi hanya sebagai keindahan dimana keindahan biologis dimanfaatkan oleh pelaku media sebagai komoditas dan identitas dari sebuah mutu dan kesan mewah.
         Terlihat disini bahwa perempuan cenderung sebagai obyek yang sepihak tanpa mengedepankan nilai-nilai atau norma yang tentu sudah jelas dianut oleh bangsa kita sebagai bangsa yang beradap.
D.PEREMPUAN DAN SUBYEKTIFITAS MEDIA
Ketika media massa memberitakan peristiwa pemerkosaan dan dalam berita itu disebutkan “perempuan berkulit kuning langsat dan bertubuh sintal”, maka penulisan peristiwa pemerkosaan itu telah menjadikan perempuan sebagai korban, korban untuk kedua kalinya (revictimized), pertama dia menjadi korban kekerasan fisik (pemerkosaan), kedua, dia menjadi korban penulisan, seolah-olah karena kulitnya yang kuning dan tubuhnya yang sintal itu yang menjadi penyebab kekerasan atas diri perempuan itu.
Terlepas dari hal diatas walaupun beberapa media telah mencoba menampilkan liputan dengan menghormati perempuan (korban), misalnya dengan menyingkirkan identitas dan dengan menjelaskan kejadian secara ringkas dan deskriptif saja, tetapi masih saja terdapat media yang tetap mengedepankan pemberitaan terhadap perempuan secara “vulgar” tanpa mengedepankan prinsip check and balance dalam penyiaran atau peliputan
.
Sebagaimana telah diuraikan dalam poin-poin diatas, atas persoalan perempuan dan media dapatlah dilihat bahwa parameter keterkaitan  media dan perempuan adalah melalui nilai yakni obyek dan subyeknya. Tentu masih ada lagi korelasi lain terkait dengan persoalan ini, namun kedua hal inilah yang antara lain penulis rasakan sebagai faktor fundamental keterkaitan antara perempuan dan media massa dalam konteks eksploitasi perempuan.
         Yang menarik kemudian adalah ketika persoalan ini dimunculkan sebagai bentuk apresiasi terhadap perempuan ataukah eksploitasi? Yang pasti bahwa wanita/ perempuan punya nilai “jual” yang sangat tinggi di dunia media baik itu news atau sebagai ikon atas suatu televisi. Contoh ringan saja, wanita kebanyakan mendominasi dalam presenter di media elektronik, entah itu televisi atau radio. Sementara di media cetak menjadi redaktur/ head redaktur dan reporter. Tetapi dalam news tentu berbeda, perempuan/ wanita cenderung menjadi komoditas berita tanpa dipertimbangkan privasinya.





BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berawal dari ketertarikan penayangan diberbagai acara televisi yang menonjolkan fisik perempuan seperti adanya perempuan berpakaian minim, adanya penampilan-penampilan atau gerakan erotis dan sensual juga pengambilan gambar yang kadang menonjolkan bagian-bagian tubuh perempuan bahkan bagian vital. Hal-hal yang disebutkan seperti diatas adalah bagian dari eksploitasi .
Seluruh persoalan eksploitasi perempuan di media massa tidak terlepas dari kepentingan tertentu serta struktur modal yang kapitalistik. Industri media massa akan menempatkan berita-berita yang bersifat “maskulin” sebagai sesuatu yang utama karena dianggap sebagai “menjual”, ciri kapital juga terdapat dari dikalahkannya pemuatan berita demi iklan, meski iklan adalah alasan utama untuk media massa agar bisa bertahan. Media sejauh ini masih terkesan tidak sensitif gender, yakni masih memberi tempat bagi proses legitimasi bias gender, terutama dalam menampilkan representasi perempuan. Masih rendahnya pemahaman dan penegakan terhadap sendi-sendi etika serta implementasi atas aturan hukum yang mendasari para pekerja media dalam menjalankan aktifitas jurnalistiknya, dalam hal ini adalah UU No 40 tahun 1999 tentang pers, kode etik wartawan dan P3SPS (Pedoman Perilaku Standar Program Siaran) KPI (Komisi penyiaran Indonesia).
B.SARAN
.    Pentingnya kesadaran “insan media” dalam hal ini pengelola media massa mengejar target media dengan berpegang teguh pada prinsip check and balance atas content dari suatu tayangan atau berita yang berobyek perempuan.Memperkokoh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas atas pekerja media dalam menanamkan pemahaman terhadap regulasi-regulasi terkait media massa dan etika/ kode etik wartawan serta P3SPS KPI dengan pelatihan-pelatihan ataupun seminar mengenai pentingnya regulasi-regulasi atas media dalam mengemas atau menyajikan informasi kepasar publik.Mewujudkan pemberitaan yang sensitif terhadap gender guna menempatkan perempuan dalam posisi yang tidak termarginalkan oleh insan media massa.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. Zulkarnaini, Mengapa harus Perempuan, Ar-Ruzz, Jogyajarta, 2003.
Agung. Lirik. AM, Iklan dan Wanita. Media Indonesia, hal.31, 25 April 2001
asin. Kamla, Memahami Gender, TePLOK PRESS, Jakarta, 2001
















PEREMPUAN DAN MESIN HASRAT KAPITALISME:
“KOMODIFIKASI PEREMPUAN DALAM MEDIA MASSA”
DISUSUN OLEH:

     EDMUNDUS ROKE WEA
           
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”YOGYAKARTA

Selengkapnya di http://www.maseteguh.com/2015/11/memasang-kode-unit-iklan-adsense.html#ixzz4MoUVmb9a