Monday 14 October 2013

Pemasaran usaha

BAB I
PENDAHULUAN
Kita ingin menjadi seorang wirausaha tentu sangat ingin usaha kita sukses bukan? Namun, seringkali hal-hal kecil membuat usaha kita dalam keadaan susah atau dalam kata lain "gagal". Banyak sekali hal yang dapat kita lakukan untuk menyukseskan itu. Pokok yang paling penting dalam bisnis kita dan dunia usaha bukanlah produk dan  bukan pula jasa yang kita kerjakan, akan tetapi pokok paling penting dalam bisnis adalah cara pemasaran. Karena itu, strategi penawaran bisnis kita adalah hal yang sangat penting disini. Strategi pemasaran yang dapat kita lakukan seperti melakukan pemasangan iklan secara gratis di internet. Ini merupakan fasilitas terbaik dalam pemasaran usaha kita, disamping murah, kemampuan konsumen dapat melihat iklan kita sangat besar. Setelah pemasaran dilakukan, tentu akan banyak pelanggan dalam usaha kita, disitu kita harus menjaga kepuasan dari pelanggan-pelanggan kita agar usaha kita berjalan sukses.
Dalam berwirausaha, hobi biasanya menjadi alasan utama mengapa seseorang berminat untuk mendirikan bisnis sendiri atau berwirausaha. Hobi biasanya dapat memunculkan ide-ide kreativ. Misalnya saja seorang yang memiliki hobi variasi mobil, hobi tersebut dapat menjadi motivasi utama seseorang berbisnis. Begitu juga dengan orang yang memiliki hobi dan keahlian dalam memotong rambut akan memiliki kerinduan untuk membuka salon sendiri. Dalam berwirausaha tidak lengkap tanpa adanya hambatan maupun tantangan. Hambatan tersebut misalnya, sulitnya untuk menarik pelanggan karena produk yang ditawarkan merupakan produk baru dan jarang. Pelanggan seringkali merasa ragu dengan barang yang baru yang belum dikenal oleh masyarakat luas. Hal ini menjadi tantangan bagi para wirausaha untuk secara kreativ menarik pelanggan. Pelanggan dapat merasa senang jika mereka merasa terpuaskan dengan pelayanan yang diberikan dan kualitas pelayanan dari hari ke harinya penting untuk selalu ditingkatkan. Kita juga harus mampu memahami apa saja yang diinginkan oleh pelanggan. Kepuasan pelanggan merupakan bagian terpenting saat kita berwirausaha. Hambatan dalam berwirausaha selain kepuasan pelanggan adalah pesaing. Jika bisnis yang kita jalani tergolong sukses pastilah banyak orang yang ingin mengikuti jejak kita membuka usaha yang sama yang dapat menjadi saingan kita. Namun, jika tidak adanya persaingan maka tidak ada tantangan dalam berbisnis dan tidak ada yang memotivasi kita untuk berinovasi dan mengembangkan bisnis yang sedang dijalani. Jangan menganggap bahwa pesaing merupakan lawan, tapi anggaplah pesaing sebagai mitra kerja. Jangan pernah merasa takut dengan pesaing, kita harus memiliki mental baja dalam menghadapi pesaing, yang terpenting kita selalu fokus dan yakin terhadap pekerjaan kita dan selalu berjaga-jaga melihat pergerakan pesaing.


BAB II
PENGERTIAN, KONSEP PEMASARAN
A. Pengertian Pemasaran
Ada beberapa definisi mengenai pemasaran diantaranya adalah :
a. Philip Kotler (Marketing) pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
b. Menurut Philip Kotler dan Amstrong pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.
c. Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan.
d. Menurut W Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial.
B. Konsep Pemasaran

Konsep-konsep inti pemasaran meluputi: kebutuhan, keinginan, permintaan, produksi, utilitas, nilai dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan pasar, pemasaran dan pasar. Kita dapat membedakan antara kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kebutuhan adalah suatu keadaan dirasakannya ketiadaan kepuasan dasar tertentu. Keinginan adalah kehendak yang kuat akan pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendalam. Sedangkan Permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik yang didukung dengan kemampuan dan kesediaan untuk membelinya.
Konsep pemasaran mengatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasaan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing.
Konsep pemasaran yang telah diungkapkan dengan berbagai cara:
1. Temukan keinginan pasar dan penuhilah.
2. Buatlah apa yang dapat dijual dan jangan berusaha menjual apa yang dapat dibuat.
3. Cintailah pelanggan, bukan produk anda.
4. Lakukanlah menurut cara anda (Burger king)
5. Andalah yang menentukan (United Airlines)
6. Melakukan segalanya dalam batas kemampuan untuk menghargai uang pelanggan yang sarat dengan nilai, mutu dan kepuasan (JC. Penney).
Dalam pemasaran terdapat enam konsep yang merupakan dasar pelaksanaan kegiatan pemasaran suatu organisasi yaitu : konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan, konsep pemasaran, konsep pemasaran sosial, dan konsep pemasaran global.
1. Konsep produksi
Konsep produksi berpendapat bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia dimana-mana dan harganya murah. Konsep ini berorientasi pada produksi dengan mengerahkan segenap upaya untuk mencapai efesiensi produk tinggi dan distribusi yang luas. Disini tugas manajemen adalah memproduksi barang sebanyak mungkin, karena konsumen dianggap akan menerima produk yang tersedia secara luas dengan daya beli mereka.
2. Konsep produk
Konsep produk mengatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan mutu, performansi dan ciri-ciri yang terbaik. Tugas manajemen disini adalah membuat produk berkualitas, karena konsumen dianggap menyukai produk berkualitas tinggi dalam penampilan dengan ciri – ciri terbaik
3. Konsep penjualan
Konsep penjualan berpendapat bahwa konsumen, dengan dibiarkan begitu saja, organisasi harus melaksanakan upaya penjualan dan promosi yang agresif.
4. Konsep pemasaran
Konsep pemasaran mengatakan bahwa kunsi untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing.
5. Konsep pemasaran sosial
Konsep pemasaran sosial berpendapat bahwa tugas organisasi adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan dengan cara yang lebih efektif dan efisien daripasda para pesaing dengan tetap melestarikan atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat.
6. Konsep Pemasaran Global
Pada konsep pemasaran global ini, manajer eksekutif berupaya memahami semua faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi pemasaran melalui manajemen strategis yang mantap. tujuan akhirnya adalah berupaya untuk memenuhi keinginan semua pihak yang terlibat dalam perusahaan.



BAB III
STRATEGI PEMASARAN USAHA
Ada beberapa strategi pemasaran usaha kecil yang dapat memberikan kesuksesan yang optimal ketika memilih web sebagai tempat pemasaran. Usaha kecil saat ini adalah pada keuntungan besar dengan internet menyediakan beberapa alat bantu dan sumber daya untuk pemasaran internet dan generasi lalu lintas. Mengetahui apa strategi pemasaran usaha kecil dan bagaimana menggunakannya untuk pasar bisnis lokal sangat penting sebelum usaha dimulai.Berikut strategi pemasaran dalam usaha kecil :
Bisnis Strategi Pemasaran: Membangun Daftar Email (List)
Setelah situs tersebut bergerak, Anda ingin membangun sebuah daftar email pelanggan yang dapat Anda email informasi untuk mengarahkan mereka ke situs Anda, untuk bisnis Anda dan apa yang Anda tawarkan. Membangun daftar bisa sangat sederhana dengan beberapa strategi pemasaran bisnis utama. Ada beberapa cara Anda dapat menangkap penonton untuk membangun daftar email Anda seperti:
Menambahkan sign-up ke halaman muka situs Blogging situs Opt-in pada saat masuk situsMembangun daftar email memungkinkan Anda untuk berbagi informasi terkait dengan audiens Anda, sehingga membuat mereka menjadi bagian dari transaksi bisnis Anda dan, sebagai hasilnya, lebih mungkin untuk mengubah kepada pelanggan dan loyalitas yang sedang berlangsung.
 Bisnis Strategi Pemasaran: Blogging dan Pasal Menulis
Ada kekuatan yang kuat di balik artikel blogging dan menulis bahwa pemilik bisnis banyak ditemukan sangat bermanfaat untuk menerapkan strategi pemasaran usaha kecil mereka. Gambar kunci di sini adalah mendapatkan e ekstrimxposure sehingga Anda ditemukan oleh search engine, konsumen sasaran, dan orang lain yang bertanya dalam niche Anda. Memulai beberapa situs blog dapat sangat meningkatkan visibilitas Anda, serta generasi lalu lintas ke situs Anda.
Ketika Anda memberikan informasi yang relevan yang mencari, Anda sedang membangun hubungan khusus dengan pembaca Anda, yang memungkinkan mereka untuk mempercayai jasa dan produk. Ketika datang ke strategi pemasaran usaha kecil, menulis artikel dan posting di situs Anda atau situs pihak ketiga juga dapat sangat meningkatkan visibilitas Anda online dan untuk itu pembangun lalu lintas terbukti.
Ada berbagai strategi yang dapat dikombinasikan dengan yang lain untuk menawarkan generasi volume lalu lintas tinggi, memungkinkan komunitas Anda dan semua yang ingin Anda menjadi konsumen Anda untuk melihat dan menyadari bisnis Anda dan semua yang Anda tawarkan. Menggunakan strategi pemasaran bisnis yang tepat kecil berarti memahami apa yang diperlukan untuk mendapatkan eksposur yang dibutuhkan melebihi harapan.
 Bisnis Pemasaran Strategi: Mulai dengan Situs
Bila Anda ingin menggunakan strategi bisnis terkemuka kecil pemasaran online, Anda ingin memulai dengan situs tersebut karena anda hanya tidak bisa di mana saja tanpa dasar Anda. Situs ini akan berada di tempat Anda mengarahkan audiens target Anda untuk mengetahui lebih lanjut tentang bisnis Anda atau membeli barang dan jasa dari Anda online. Situs ini harus terdiri dari beberapa elemen untuk memastikan bahwa akan ada mesin pencari peringkat tinggi seperti:
Kata kunci yang tepat Lokalitas Kata Kunci Terkait Penggunaan Rich Content Meta Tags dan Deskriptor Grafik High Quality
Anda ingin halaman yang Anda merujuk target pemirsa Anda terdiri dari pendaratanhalaman dengan informasi yang diperlukan dan elemen untuk memastikan mereka dapat menangkap ruang lingkup penawaran Anda dan mendapatkan hak untuk di mana Anda perlu mereka untuk menjadi.

Promosi merupakan salah satu faktor yang diperlukan bagi keberhasilan dan strategi pemasaran yang diterapkan suatu perusahaan. Kegiatan promosi digunakan produsen dalam bidang pemasaran untuk tujuan meningkatkan hasil produk dan penjualan.
Peranan promosi berguna untuk memperkenalkan produk atau jasa serta mutunya kepada masyarakat, memberitahukan kegunaan dari barang atau jasa tersebut kepada masyarakat serta cara penggunaanya, dan memperkenalkan barang atau jasa baru kepada konsumen. Perusahaan perlu untuk melaksanakan promosi dengan strategi yang tepat agar dapat memenuhi sasaran yang efektif. Promosi yang dilakukan harus sesuai dengan keadaan perusahaan. Dimana harus diperhitungkan jumlah dana yang tersedia dengan besarnya manfaat yang diperoleh kegiatan promosi yang dijalankun perusahaan.
Promosi dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya, lewat periklanan meliputi : surat kabar, radio, majalah, bioskop, televisi, ataupun dalam bentuk poster-poster yang dipasang dipinggir jalan atau tempat-tempat yang strategis , lewat sales yang memperkenalkan produk dengan cara menawarkan produk dari rumah ke rumah, promosi produk baru dengan memberikan potongan harga, dll.



BAB IV
TUJUAN DAN PENTINGNYA PEMASARAN USAHA
TUJUAN PEMASARAN
Tujuan utama pemasaran bukanlah mendapatkan pelanggan sebanyak-banyaknya melainkan menciptakan daya saing yang kuat. Karena dalam memasarkan suatu prodk baik barang maupun jasa tidak hanya kita yang memiliki satu produk sejenis tapi akan ada banyak perusahaan lain yang mengeluarkan produk sejenis dengan tipe dan kualitas yang berbeda. Untuk itu pemasaran usaha wajib mencari strategi yang baik dalam bersaing dengan pasar.
Tujuan pemasaran usaha lainnya sebagai berikut :
1.      Memenuhi kebutuhan/keinginan konsumen
Yakni memenuhi kebutuhan/keinginan konsumen yang haus akan informasi mengenai produk dan keinginan untuk memiliki suatu produk.
2.      Menciptakan jalur distribusi alternative
Pemasaran usaha harus bisa menciptakan banyak jalur distribusi baik online maupun offline
3.      Meningkatkan penjualan
Dari terwujudnya kebutuhan dan keinginan konsumen serta giatnya penyaluran distribusi produk maka akan meningkatkan penjualan produk.
4.      Menaikkan pangsa pasar
Meningkatnya penjualan produk menyebabkan penaikan pangsa pasar
5.      Dari semua tujuan di atas tujuan akhir dari pemasaran usaha adalah memperoleh laba atau keuntungan, dan tujuan ini akan terlaksana jika keempat tujuan diatas telah terlaksana dengan baik.
PENTINGNYA PEMASARAN USAHA
Pemasaran Usaha mrupakan hal terpenting dalam berbisnis. Mengapa? Karena tanpa pemasaran usha, bagaimana orang lain dapat mengenal usaha yang kita buat dan apa produk yang kita tawarkan.
Karena pemasaran usaha sangat penting, maka pemilik usaha perlu merencanakan apa yang harus ia lakukan untuk memasarkan usahanya. Setelah pemilik usaha merencanakannya, maka iapun harus melaksanakan rencana pemasaran usaha tersebut dant tentunya dilakukan dengan strategi.
Setiap pemasaran usaha pasti memiliki target sasarn pasar. Siapa calon konsumen yang dapat membeli dan menggunakan produk yang dipasarkan. Sehingga pemilik usaha perlu memikirkan bagaimana cara agar konsumen tertarik untuk membeli dan menggunakan. Dan bagaimana caranya agar konsumen dapat bertahan menggunakan produk yang dipasarkan atau disebut juga menjadi pelanggan tetap pada usaha kita.
Selain itu, untuk pemasaran usaha diperlukan dana. Oleh karena itu pemilik uasaha perlu merencanakan berapa anggaran yang akan ia keluarkan untuk pemasaran. Dan tentunya anggaran yang telah ditetapkan perlu dikelola dengan baik. Sehingga dana yang telah di anggarkan dan digunakan secara efektif.



BAB V
PERILAKU KONSUMEN

A. Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan individu yang melibatkan pembelian penggunaan barang dan jasa termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut sebagai pengalaman dengan produk, pelayanan dari sumber lainnya.
B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah :
1. Faktor kebudayaan
Faktor kebudayaan meliputi :
a. Budaya : faktor-faktor budaya memberikan pengaruhnya paling luas pada keinginan dan perilaku konsumen. Budaya (culture) adalah penyebab paling mendasar teori keinginan dan perilaku seseorang.
b. Subbudaya : setiap kebudayaan mengandung sub kebudayaan yang lebih kecil, atau sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang sama. Sub kebudayaan meliputi: kewarganegaraan, agama, ras, dan daerah gegrafis.
c. Kelas sosial : hampir setiap masyarakat memiliki beberapa bentuk struktur kelas sosial. Kelas-kelas sosial adalah bagian-bagian masyarakat yang relatif permanen dan tersusun rapi yang anggota-anggotanya mempunyai nilai-nilai, kepentingan dan perilaku yang sama.
Perilaku konsumen juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga serta aturan dan status sosial konsumen. Disini keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keputusan orang ingin membeli juga dipenggaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomui, gaya hidup dan kepribadian serta konsep diri.
Selain dari beberapa faktor diatas yang mempengaruhi perilaku konsumen juga dipengaruhi juga oleh faktor-faktor psikologis seseorang, yang meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan dan keyakinan serta sikap.
C. Proses Pengambilan Keputusan Pembeli
a. Proses Pengambilan Keputusan Pembeli Terhadap produk Baru
Sebuah produk baru adalah barang, jasa, atau ide yang dianggap baru oleh pembeli potensial. Terkadang produk yang beredar dipasaran telah lama ada, disini konsumen dapat membuat keputusan untuk menerima / mengadopsinya. Proses adopsi adalah proses mental yang dilalui seseorang, mulai dari pengenalan pertama sampai pada penerimaan / adopsi final.
Tahap-tahap proses adopsi:
1. Sadar : konsumen menjadi sadar akan adanya produk baru, tetapi kekurangan informasi mengenainya.
2. Tertarik : konsumen akan menjadoi tertarik untuk mencari informasi mengenai produk baru.
3. Evalusi : konsumen harus mempertimbangkan apakah produk baru tersebut masuk akal atau tidak untuk dikonsumsi.
4. Mencoba : konsumen mencoba produk baru tersebut dalam skala kecil untuk meningkatkan perkiraan nilai produk tersebut.
5. Adopsi : konsumen memutuskan secara penuh dan teratur menggunakan produk baru tersebut.
b. Tipe-Tipe Perilaku Membeli
Ada empat tipe perilaku membeli, yaitu :
a. Perilaku pembelian yang kompleks
Disini konsumen mengakui keterikatan yang tinggi dalam proses pembeliannya, harga produk tinggi, jarang dibeli, memiliki resiko yang tinggi. Perilaku konsumen melalui proses tiga langkah, yaitu: pertama, mengembangkan keyakinan tentang produk tersebut. Kedua, membangun sikap, dan ketiga melakukan pilihan.
b. Perilaku pembelian yang mengurangi ketidakefisienan
Disini konsumen mengalami keterlibatan tinggi akan tetapi melihat sedikit perbedaan, diantara merek-merek. Konsumen mengunjungi beberapa tempat untuk mencari yang lebih cocok.
a. Perilaku pembelian karena kebiasaan
Disini konsumen rendah sekali dalam proses pembelian karena tidak ada perbedaan nyata diantara berbagai merek dan harga barang relatif rendah
a. Perilaku pembelian yang mencari keragaman
Disini keterlibatan konsumen yang rendah akan dihadapkan pada berbagai pemilihan merek.
c. Tahap-Tahap Proses Membeli
Tahap-tahap dalam proses membeli mwliputi :
a. Pengenalan kebutuhan/masalah
Disini orang yang akan memasarkan produk meneliti mengenai apa yang dibutuhkan, apa yang menyebabkan semua itu muncul dan mengapa seseorang membutuhkan sesuatu. Seorang pemasar akan mengenalkan pada konsumen agar lebih tertarik.
b. Pencarian informasi
Sumber informasi konsumen terbagi dalam empat kelompok, yaitu :
1. Sumber pribadi, meliputi: keluarga, teman-teman, tetangga, dan kenalan.
2. Sumber niaga, meliputi : periklanan, petugas penjualan, penjual kemasan dan pemajangan.
3. Sumber umum, meliputi : media massa dan organisasi konsumen.
4. Sumber pengalaman, meliputi: pernah menangani, menguji, dan mempergunakan produk.
c. Pencarian alternatif
Terdapat lima konsep dasar bagi pemasar dalam penilaian alternatif konsumen, yaitu :
1. Sifat-sifat produk, apa yang menjadi ciri-ciri khusus dan perhatian konsumen terhadap produk atau jasa tersebut.
2. Pemasar lebih memperhatikan pentingnya ciri-ciri produk daripada penonjolan Ciri-ciri produk.
3. Kepercayaan konsumen terhadap ciri merek yang menonjol
4. Fungsi kemanfaatan, yaitu bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan yang diperoleh dari produk dengan tingkat alternatif yang berbeda-beda setiap hari
5. Bagaimana prosedur penilaian yang dilakukan konsumen dari sekian banyak ciri-ciri barang.
d. Keputusan membeli
Ada dua faktor yang menyebabkan seseorang mengambil keputusan untuk
membeli, yaitu :
1. Sikap orang lain : keputusan membeli itu banyak dipengaruhi oleh teman-teman, tetangga, atau siapa saja yang dipercayai
2. Faktor-faktor situasi yang tidak terduga : seperti faktor harga pendapatan.
















BAB VI
PENUTUP
Pokok yang paling penting dalam bisnis kita dan dunia usaha bukanlah produk dan  bukan pula jasa yang kita kerjakan, akan tetapi pokok paling penting dalam bisnis adalah cara pemasaran. Karena itu, strategi penawaran bisnis kita adalah hal yang sangat penting disini. Strategi pemasaran yang dapat kita lakukan seperti melakukan pemasangan iklan secara gratis di internet. Ini merupakan fasilitas terbaik dalam pemasaran usaha kita, disamping murah, kemampuan konsumen dapat melihat iklan kita sangat besar. Setelah pemasaran dilakukan, tentu akan banyak pelanggan dalam usaha kita, disitu kita harus menjaga kepuasan dari pelanggan-pelanggan kita agar usaha kita berjalan sukses.
Dalam berwirausaha tidak lengkap tanpa adanya hambatan maupun tantangan. Hambatan tersebut misalnya, sulitnya untuk menarik pelanggan karena produk yang ditawarkan merupakan produk baru dan jarang. Pelanggan seringkali merasa ragu dengan barang yang baru yang belum dikenal oleh masyarakat luas. Hal ini menjadi tantangan bagi para wirausaha untuk secara kreativ menarik pelanggan. Pelanggan dapat merasa senang jika mereka merasa terpuaskan dengan pelayanan yang diberikan dan kualitas pelayanan dari hari ke harinya penting untuk selalu ditingkatkan. Kita juga harus mampu memahami apa saja yang diinginkan oleh pelanggan. Kepuasan pelanggan merupakan bagian terpenting saat kita berwirausaha.
Seorang wirausaha tidak akan menyerah pada masalah saingan yang berat, karena seorang wirausaha harus memiliki sifat yang ulet dan motivasi yang kuat. Jika dia tidak memiliki sifat-sifat itu, maka diragukan bahwa dia adalah benar seorang wirausaha. Persaingan pasti selalu ada, dan kunci memenangkan persaingan ada dalam tangan anda sendiri.Bagaimana caranya untuk anda dapat mengungguli pesaing anda. Cara mudahnya, menjadikan kekurangan lawan sebagai kelebihan anda dengan tetap mempertahankan kelebihan-kelebihan anda yang sudah ada.



Selengkapnya di http://www.maseteguh.com/2015/11/memasang-kode-unit-iklan-adsense.html#ixzz4MoUVmb9a

Wednesday 9 October 2013

Tujuh Tradisi Dalam Teori Komunikasi



Tujuh Tradisi Dalam Teori Komunikasi
Wilayah Pemetaan (Tujuh Tradisi Dalam Teori Komunikasi)
Prof. Robert Craig dari Komunikasi, Universitas Colorado berusaha menggambarkan secara teoristis sebuah komunikasi kedalam bentuk lanskap. Craig beranggapan bahwa teori komunikasi, adalah suatu disiplin yang praktis yang didasari oleh kehidupan yang nyata dengan masalah sehari – hari melalui praktek komunikasi. Craig menjelaskan bahwa semua teori-teori komunikasi yang relevan dengan kehidupan dunia praktis yang umum di mana komunikasi sudah menjadi istilah yang memiliki banyak makna.
Dia mengidentifikasi tujuh tradisi teori komunikasi. Beberapa pendekatan yang bersifat aktual, yang biasa digunakan oleh para peneliti untuk mempelajari pelatihan dan masalah komunikasi. Craig mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses primer menyangkut pengalaman kehidupan manusia, yaitu bahwa komunikasi membentuk kenyataan. Bagaimana kita mengkomunikasikan pengalaman kita justru membentuk pengalaman kita. Banyaknya bentuk pengalaman terbentuk dari banyaknya bentuk komunikasi. Maksud kita pun berubah dari satu kelompok ke kelompok lainnya, dari satu latar belakang ke latar belakang lainnya, dari satu periode waktu ke periode waktu lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh karakteristik komunikasi itu sendiri yang bergerak dinamis.
Berikut adalah tujuh tradisi dalam kajian teori komunikasi menurut Prof. Robert Craig, antara lain:
1. Tradisi Cybernetic (Tradisi Sibernetika)
Komunikasi sebagai Pengolahan Informasi
Teori ini memandang komunikasi sebagai suatu sistem dimana berbagai elemen yang terdapat di dalamnya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini komunikasi sebagai proses informasi dan masalah yang banyak dihubungkan dengan keramaian, kelebihan beban, dan malfungsi. Tradisi ini berkaitan dengan proses pembuatan keputusan. Sistem ini bersifat terbuka, sehingga perkembangan dan dinamika yang terjadi dilingkungan akan diproses didalam internal sistem. Sibernetika digunakan dalam topik-topik tentang diri individu, percakapan, hubungan interpersonal, kelompok, organisasi, media, budaya dan masyarakat.
Tradisi ini juga nampak paling masuk akal ketika muncul isu tentang otak dan pikiran, rasionalitas, dan sistem-sistem kompleks. Teori informasi berada dalam kontek ini. Demikian pula konsep feedback menjadi penting dalam hal ini. Perkembangannya dapat pula disebut teori-teori yang dikembangkan dari teori informasi seperti yang dilakukan Charles Berger untuk komunikasi antar personal dan Guddykunt untuk komunikasi antar budaya.
Contoh lain adalah proses pembuatan kebijakan publik oleh lembaga pemerintahan dimana tradisi cybernetic dapat menjelaskan. Terdapat proses sosialisasi untuk mendapatkan feedback dari publik sebelum suatu kebijakan ditetapkan secara permanen.
Ilmuan dari MIT, Norbert  Wiener menggunakan kata Cybernet untuk mendiskripsikan bidang intelektual yang bersifat semu. Tidak bisa dipungkiri tradisi cybernetic yang berangkat dari Norbert Wiener ini dan dikombinasikan dengan Shannon – Wiever menjadi penting sebagai salah satu tradisi dalam kajian komunikasi. Beberapa tokoh penting disini adalah Wiener, Shannon-Weaver, Charles Berger, Guddykunts, Karl Deutch, dan sebagainya.
Dalam tradisi cybernetic terdapat beberapa varian, diantaranya:
a).   Basic System Theory, ini adalah format dasar. Pendekatan ini melukiskan seperti sebuah struktur yang nyata dan bisa di analisa dan diamati dari luar.
b).   General System Theory, sistem ini menggunakan prinsip untuk melihat bagaimana sesuatu pada banyak bidang yang berbeda menjadi selaras antara satu dengan yang lain.
c).   Second Order Cybernetic, dikembangkan sebagai sebuah alternative dari dua tradisi Cybernetic sebelumnya.
2. The Rhetorical Tradition (Tradisi Retorika)
Komunikasi Sebagai Seni Berbicara di Depan Publik
Retorika atau dalam bahasa Inggris rhetoric, bersumber dari perkataan latin Rhetorica yang berarti ilmu bicara. Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren dalam bukunya “Modern Rhetoric” mendefinisikan retorika sebagai the art of using language effectively atau seni  penggunaan bahasa secara efektif.
Kedua pengertian itu menunjukkan bahwa retorika mempunyai pengertian sempit: mengenai bicara, dan pengertian luas: penggunaan bahasa baik lisan maupun tulisan. Oleh karena itu ada sementara orang yang mengartikan retorika sebagai Public Speaking atau pidato di depan umum; banyak juga yang beranggapan bahwa retorika bukan saja berarti pidato di depan umum, tetapi juga termasuk seni menulis.
Salah satu tokoh retorika pada zaman Yunani, adalah Aristoteles yang sampai kini pendapatnya banyak dikutip. Berlainan dengan tokoh–tokoh lainnya yang memandang retorika sebagai suatu seni. Aristoteles memasukkannya sebagai bagian dari filsafat. Dalam bukunya “Retorika” dia mengatakan: “Anda, para penulis retorika terutama menggelorakan emosi ini memang baik, tetapi ucapan–ucapan anda lalu tidak dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan retorika yang sebenarnya, adalah membuktikan maksud pembicaraan atau menampakkan pembuktiannya. Ini terdapat pada logika. Retorika hanya menimbulkan perasaan pada suatu ketika, kendatipun lebih efektif daripada silogisme. Pernyataan yang menjadi pokok bagi logika dan juga bagi retorika akan benar, bila telah di uji oleh dasar-dasar logika”. Demikian Aristoteles, selanjutnya ia berkata bahwa keindahan bahasa hanya dipergunakan untuk empat hal, yaitu yang bersifat:
1. Membenarkan (corrective)
2. Memerintah (instructive)
3. Mendorong (suggestive)
4. Mempertahankan (devensive)
Dalam membedakan bagian-bagian struktur pidato, Aristoteles hanya membaginya menjadi tiga bagian, yakni pendahuluan, badan,dan kesimpulan. Bagi Aristoteles, retorika adalah the art of persuasion. Lalu ia mengajarkan bahwa dalam retorika suatu uraian harus singkat, jelas, dan meyakinkan.
Tradisi retorika memberi perhatian pada aspek proses pembuatan pesan atau simbol. Prinsip utama disini adalah bagaimana menggunakan simbol yang tepat dalam menyampaikan maksud. Dalam media berkaitan dengan proses pembuatan kebijakan keredaksian, merancang program acara, penentuan grafis. Prinsip bahwa pesan yang tepat akan dapat mencapai maksud komunikator. Kemampuan dalam merancang pesan yang memadai menjadi perhatian yang penting dalam kajian komunikasi. Faktor-faktor nilai, ideologi, budaya, dan sebagainya yang hidup dalam suatu organisasi media atau dalam diri individu merupakan faktor yang menentukan dalam proses pembuatan pesan. Bahwa pesan dihasilkan melalui proses yang melibatkan nilai-nilai, kepentingan, pandangan hidup tertentu dari manusia yang menghasilkan pesan.
Tradisi retorika dapat menjelaskan baik dalam kontek komunikasi antar personal maupun komunikasi massa. Sepanjang memberi perhatian terhadap bagaimana proses-proses merancang isi pesan yang memadai sehingga proses komunikasi dapat berlangsung secara efektif.
Daya tarik logis dan emosional menjadi ciri khusus teori-teori retorika. Tradisi ini memandang bahwa aktivitas seorang komunikator diatur oleh seni dan metode. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa kita itu sangat kuat dan berkuasa. Karena itulah, informasi memang penting dalam pembuatan keputusan sehingga komunikasi dapat dievaluasi dan diperbaiki. Adapun varian dari tradisi ini dapat dibagi menajdi beberapa era yaitu:
1). Era klasik, dimana terjadi pertarungan antara dua aliran, yaitu sophis dan filosof yang mana aliran sophis beranggapan bagaimana kita dapat berargumen untuk memenangkan suatu perkara melalui retorika tidak peduli apakah itu benar atau tidak dan berlawanan dengan aliran filosif yang menganggap bahwa Retorika hanya digunakan untuk berdialog untuk mendapatkan kebenaran yang absolute.
2). Era Abad pertengahan, dimana studi tentang retorika berfokus pada pengaturan gaya, namun retorika pada abad pertengahan dicela sebab dianggap sebagai ilmu kaum penyembah berhala dan tidak perlu dipelajari sebab agama Kristen dapat memperlihatkan kebenarannya sendiri.
3). Era Renaissance, dimana masa ini dianggap sebagai kelahiran kembali retorika sebagai suatu seni.
4). Masa Pencerahan, dimana retorika menjadi sarana untuk menyampaikan suatu kebenaran. Hal ini menjadikan retorika kembali menjadi citra yang baik seperti saat ini.
5). Era Kontemporer, era ini ditandai dengan pemanfaatan media massa untuk menyampaikan suatu pesan baik secara verbal maupun visual pada media massa.
6). Postmodernisme, dimana aliran ini merupakan alternatif yang dimulai dari asumsi dan nilai- nilai acuan yang berbeda, untuk menghasilkan suatu retorika yang berbeda pula.
3. Tradisi Semiotik
Komunikasi sebagai Proses Pertukaran Simbol
Semiotika (semiotics) berasal dari bahasa Yunani “semeion”, yang berarti tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif, mampu menggantikan suatu yang lain (stand for something else) yang dapat dipikirkan atau dibayangkan (Broadbent, 1980). Ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda atau kode. Tanda –tanda yang dimaksud, adalah segala sesuatu yang mewakili sesuatu yang lainnya.
Tradisi ini memfokuskan pada tanda-tanda dan simbol-simbol. Komunikasi dipandang sebagai sebuah jembatan utama kata-kata yang bersifat pribadi. Tanda-tanda atau simbol-simbol yang ada mendatangkan sesuatu yang mungkin dan tidak mungkin dibagi. Tradisi ini memang cocok untuk memecahkan masalah, kesalahpahaman, dan respon-respon subyektif. Tradisi ini juga banyak memperdebatkan bahasa yang meliputi tanda, simbol, makna, referensi, kode, dan pemahaman. Contoh: suhu tubuh yang panas bahwa tubuh itu terkena infeksi.
Dalam Little John disebut secara lebih rinci landasan teoritis dari kalangan ahli linguistik seperti Ferdinand de Saussure, Charles S. Pearce, Noam Chomsky, Benjamin Whorlf, Roland Barthes, dan lainnya. Mencoba membahas tentang hakekat simbol. Jadi terdapat banyak teori komunikasi yang berangkat dari pembahasan seputar simbol. Keberadaan simbol menjadi penting dalam menjelaskan fenomena komunikasi. Simbol merupakan produk budaya suatu masyarakat untuk mengungkapkan ide-ide, makna, dan nilai-nilai yang ada pada diri mereka. Mengkaji aspek ini merupakan aspek yang penting dalam memahami komunikasi.Teori-teori komunikasi yang berangkat dari tradisi semiotik menjadi bagian yang penting untuk menjadi perhatian. Analisis-analisis tentang iklan, novel, sinetron, film, lirik lagu, video klip, fotografi, dan semacamnya menjadi penting.
Tradisi Semiotika itu sendiri terbagi atas tiga varian, yaitu:
1. Semantic (bahasa), merujuk pada bagaimana hubungan antara tanda dengan objeknya atau tentang keberadaan dari tanda itu sendiri.
2. Sintagmatic, atau kajian tentang hubungan antar tanda . Tanda hampir tidak dapat berdiri sendiri.
3. Paradigmatic, yang melihat bagaimana sebuah tanda membedakan antara satu manusia dengan yang lain atau sebuah tanda bisa saja dimaknai berbeda oleh masing-masing orang sesuai dengan latar belakang budayanya.
Keunggulan semiotika terletak pada ide-ide tentang kebutuhan akan bahasa umum dan identifikasinya tentang subyektifitas sebagai penghalang untuk memahami. Selain itu, juga kesepakatan yang multi makna dari simbol-simbol teori semiotika sering berseberangan dengan teori-teori yang menyarankan bahwa kata-kata tersebut memiliki makna benar, tanda-tanda yang menunjukkan obyek yang ada dan akhirnya dikatakan bahwa bahasa itu netral.
4. The Socio – Cultural Tradition ( Tradisi Sosial – Budaya)
Komunikasi Sebagai Penciptaan dari Realitas Sosial
Tradisi sosial budaya berangkat dari kajian antropologi. Bahwa komunikasi berlangsung dalam kontek budaya tertentu karenanya komunikasi dipengaruhi dan kebudayaan suatu masyarakat. Media massa, atau individu ketika melakukan aktivitas komunikasi ikut ditentukan faktor-faktor situasional tertentu. Beberapa figur penting disini adalah James Lull, Geertz, Erving Goffman, George H. Mead, dan sebagainya.
Teori sosiokultural lebih menekankan gagasan dan tertarik untuk mempelajari pada cara bagaimana masyarakat secara bersama-sama menciptakan realitas dari kelompok sosial, organisasi dan budaya mereka. Sosiokultural digunakan dalam topik-topik tentang diri individu, percakapan, kelompok, organisasi, media, budaya dan masyarakat.
Model ini menjadikan tatanan sosial sebagai pusatnya dan memandang komunikasi sebagai perekat masyarakat. Tantangan dan permasalahan yang dituju meliputi konflik, perebutan, dan kesalahan mengartikan. Dalam rangka berargumentasi, para ilmuan dalam tradisi ini akan menggunakan bahasa yang mencirikan unsur-unsur seperti masyarakat, struktur, ritual, peraturan dan budaya. Tradisi ini juga sependapat dengan pemisahan interaksi manusia dari struktur sosial.
Pendekatan interaksi simbolik, konstruktivisme merupakan hal yang penting disini. Interaksi simbolik menekankan pada bagaimana manusia aktif melakukan pemaknaan terhadap realitas yang dihadapi. Hal ini dapat membantu menjelaskan dalam proses komunikasi antar personal. Sedangkan konstruktivisme menekankan pada proses pembentukan realitas secara simbolik. Maka komunikasi baik bermedia maupun antar pribadi sesungguhnya dapat dilihat sebagai proses pembentukan realitas. Adapun varian dari tradisi ini adalah:
1. Interaksi symbolic, merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam ilmu sosiologi oleh George Herbert Mead dan Z Herbert Blumer yang menekankan pentingnya pengamatan dalam studi komunikasi sebagai cara untuk dari menyelidiki hubungan sosial.
2. Konstruksi Sosial, pada cabang ini menginvestigasi bagaimana pengetahuan manusia dikonstruksi melalui interaksi sosial.
3. Sosial Linguistik, Ludwig Wittgenstein seorang filosof Jerman bahwa arti dari bahasa tergantung pada penggunaannya.
5. The Critical Tradition (Tradisi Kritis)
Komunikasi Sebagai Hasil dari Perefleksian Sebuah Wacana.
Tradisi ini berangkat dari asumi teori-teori kritis yang memperhatikan terdapatnya kesenjangan di dalam masyarakat. Proses komunikasi dilihat dari sudut kritis. Bahwa komunikasi disatu sisi telah ditandai dengan proses dominasi oleh kelompok yang kuat atas kelompok masyarakat yang lemah. Pada sisi lain, aktifitas komunikasi mestinya menjadi proses artikulasi bagi kepentingan kelompok masyarakat yang lemah. Tradisi ini dapat menjelaskan baik lingkup komunikasi antar personal maupun komunikasi bermedia. Tradisi ini tampak kental dengan pembelaan terhadap kalangan yang lemah. Komunikasi diharapkan berperan dalam proses transformasi masyarakat yang lemah.
Dalam teori kritis secara konsisten terdapat tiga ciri masyarakat kontemporer
a) Kontrol bahasa untuk mengabadikan ketidakseimbangan kekuatan.
b) Peran media massa dalam menumpulkan kepekaan terhadap penindasan.
c) Blind ketergantungan pada metode ilmiah dan penerimaan tidak kritis.
Beberapa figur penting dapat disebut seperti Noam Chomsky, Herbert Schiller, Ben Bagdikian, C. Wright Mills, dan sebagainya yang pemikiran mereka menyoroti tentang media. Varian dari Tradisi ini adalah :
1.      Marxisme, merupakan peletak dasar dari tradisi kritis ini . Marx mengajarkan bahwa ekonomi merupakan dasar dari segala struktur sosial.
2.      Kritik Politik ekonomi, pandangan ini merupakan revisi terhadap Marxisme yang dinilai terlalu menyederhanakan realitas kedalam dua kubu yaitu kalangan penguasa dan kalangan tertindas berdasarkan kepentingan ekonomi.
3.      Aliran Frankfurt, memperkenalkan bahwa aliran kritis mampu menawarkan suatu interkoneksi dan pengujian yang menyeluruh tentang perubahan bentuk dari masyarakat, kultur ekonomi, dan kesadaran.
4.      Posmodernisme, ditandai dengan sifat relativitas, tidak ada standarisasi nilai, menolak pengetahuan yang sudah jadi dan dianggap sebagai sesuatu yang sakral.
5.      Cultural studies, memusatkan pada perubahan sosial dari tempat yang menguntungkan dari kultur itu sendiri.
6.      Post strukturalis, yakni pandangan yang memandang realitas merupakan sesuatu yang komplek dan selalu dalam proses sedang menjadi.
7.      Post Colonial, mengacu pada semua kultur yang dipengaruhi oleh proses imperial dari masa penjajahan sampai saat ini.
Kelompok teori-teori dalam tradisi ini cenderung komunikasi sebagai suatu tatanan sosial yang menyangkut kekuasaan dan penindasan. Teori-teori kritis menanggapi permasalahan tentang ideologi, kekuasaan, dan dominasi. Wacana kritis meliputi ideologi, dialektika, penindasan, kebangkitan kesadaran, resistansi, dan emansipasi. Tradisi ini mendorong pendekatan kepada teori yang meliputi mengekalkan kekuasaan diri sendiri, nilai kebebasan antara kemerdekaan dan persamaan, dan pentingnya diskusi.
6. The Phenomenological Tradition (Tradisi Fenomenologi)
Komunikasi sebagai Pengalaman Diri Melalui Dialog
Tradisi fenomenologi ini berkonsentrasi pada pengalaman pribadi termasuk bagian individu-individu yang ada saling memberikan pengalaman satu sama lainnya. Komunikasi dipandang sebagai proses berbagi pengalaman antar individu melalui dialog. Hubungan baik antar individu mendapat kedudukan yang tinggi dalam tradisi ini. Dan hal ini pula yang kemudian diadobsi secara teoritis untuk menanggapi permasalahan-permasalahan yang timbul yang mengakibatkan terkikisnya hubungan yang sudah kuat.
Inti tradisi fenomenologi adalah mengamati kehidupan dalam keseharian dalam suasana yang alamiah. Tradisi fenomenologi dapat menjelaskan tentang khalayak dalam berinteraksi dengan media. Demikian pula bagaimana proses yang berlangsung dalam diri khalayak. Beberapa figur penting disini adalah James Lull, Ien Ang, dan sebagainya. Kajian tentang proses resepti (reception studies) yang berlangsung dalam diri khalayak menjadi penting. Maka proses resepsi sangat ditentukan oleh factor nilai-nilai yang hidup dalam diri khalayak tersebut. Pendekatan etnografi komunikasi menjadi penting diterapkan dalam tradisi ini. Adapun varian dari tradisi Fenomonologi ini, adalah:
1.      Fenomonelogi Klasik, dipelopori oleh Edmund Husserl penemu Fenomenologi Modern Husserl percaya kebenaran hanya bisa didapatkan melalui pengarahan pengalaman, tapi kita harus bagaimana pengalaman kita bekerja. Dengan kata lain kesadaran akan pengalaman dari setiap individu.
2.      Fenomenologi Persepsi, berlawanan dengan Husser yang membatasi fenomenologi pada objektivitas.
3.      Fenomenologi Hermeneutik, aliran ini selalu dihubungkan dengan Martin Heidegger dengan landasan filosofis yang juga biasa disebut dengan Hermeneutic of dasein yang berarti suatu “interpretasi untuk menjadi”.
7. The Ethical Tradition (Tradisi Sosio Psikologi)
Komunikasi Sebagai Proses Interaksi Masyarakat yang Menguntungkan
a).   Kita pembela kebenaran, akurasi, kejujuran, dan akal begitu penting bagi integritas komunikasi.
b).   Kita menerima tanggung jawab jangka pendek dan panjang tentang konsekuensi komunikasi kita sendiri dan mengharapkan hal yang sama dari orang lain.
c).   Kita berusaha keras untuk memahami dan menghormati komunikator lain sebelum mengevaluasi dan menanggapi pesan-pesan mereka.
Pertama, sosiopsikologi yang memandang individu sebagai makhluk sosial. Tradisi Sosiopsikologi memberikan perhatiannya antara lain pada perilaku individu, pengaruh, kepribadian dan sifat individu atau bagaimana individu melakukan persepsi. Sosiopsikologi digunakan dalam topik-topik tentang diri individu, pesan, percakapan, hubungan interpersonal,
kelompok, organisasi, media, budaya dan masyarakat.
Berangkat dari Ilmu Psikologi terutama aliran behavioral. perhatian pada perubahan sikap (attitude). Hubungan media dan khalayak tentunya akan menyebabkan terjadinya perubahan sikap. Media menjadi stimulus dari luar diri khalayak yang akan menyebabkan terjadinya perubahan sikap. Kasus lain seperti komunikasi persuasi. Pengaruh komunikator terhadap perubahan sikap khalayak.
Teori-teori yang berangkat dari psikologi sosial ini juga dapat menjelaskan tentang proses-proses yang berlangsung dalam diri manusia dalam proses komunikasi yakni ketika proses membuat pesan dan proses memahami pesan. Manusia dalam proses menghasilkan pesan melibatkan proses yang berlangsung secara internal dalam diri manusia seperti proses berfikir, pembuatan keputusan, sampai dengan proses menggunakan simbol. Demikian pula dalam proses memahami pesan yang diterima, manusia juga menggunakan proses psikologis seperti berpikir, memahami, menggunakan ingatan jangka pendek dan panjang hingga membuat suatu pemaknaan. Pendekatan psikologi sosial memberi perhatian terhadap aspek diri manusia. Beberapa konsep penting disini dapat disebutkan seperti judgement, prejudice, anxienty, dan sebagainya.

Selengkapnya di http://www.maseteguh.com/2015/11/memasang-kode-unit-iklan-adsense.html#ixzz4MoUVmb9a

PROGRAM SIARAN RADIO SWASTA DI YOGYAKARTA


                   RADIO SWASTA DI YOGYAKARTA

PENDAHULUAN
Radio siaran adalah salah satu dari alat komunikasi. Radio adalah salah satu dari alat komunikasi. Di radio ini muncul proses komunikasi antara penyampai pesan atau komunikator  dengan yang penerima pesan atau komunikan melalui media, dalam hal ini adalah radio. Ada dua hal yang sangat penting dalam radio yaitu pesawat radio, alat untuk mendengarkan semua suara dari siaran radio. Dan yang lain adalah stasiun radio, tempat dimana semua program acara acara dibuat dan dproduksi kemudian disiarkan. 
 Radio secara umum dapat diartikan perangkat elektronika yang ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu : sebagai perangkat keras dan sebagai perangkat lunak. Sebagai perangkat kerasnya adalah suatu perangkat elektronik yang menyebabkan orang dapat mendengarkan suatu siaran atau acara dari suatu pemancar, sedangkan radio dipandang dari perangkat lunak adalah diartikan sebagai penghantar informasi dari suatu sumber kepada pendengar (Wahyudi, 1996: 4). Radio merupakan salah satu bentuk komunikasi massa, yang banyak memberi segala sesuatu yang dibutuhkan oleh khalayak. Sesuai fungsinya radio sangat membantu masyarakat yang memerlukan informasi dan hiburan. Sesuai fungsinya sebagai media massa radio dapt diartikan, alat komunikasi massa yang bersifat massa.  
Radio merupakan salah satu sarana hiburan bahkan sarana pendidikan yang sangat penting bagi khalayak disamping televisi. Namun belakangan ini program -program di radio dirasa sangat jarang keberadaannya. Hal ini dikarenakan kurangnya minat anak terhadap program acara di radio. Penyebabnya tak lain karena format dan program- pogramradio hanya bersifat auditif sehingga pengemasannya dirasa kurang menarik dan kurang diminati khalayak.
Namun demikian tak jarang pula stasiun-stasiun radio yang masih diminati oleh karena  program- program yang di sukai masyarakat,acara khusus untuk anak diantara programprogram unggulan mereka yang umumnya  berisi hiburan, seperti lagu-lagu anak, belajar lewat radio, musik populer, kirim-kirim salam, cerita tentang kehidupan anak-anak.

FORMAT STASIUN DAN PROGRAM SIARAN

Radio merupakan media komunikasi massa dengan kemampuan menjangkau khalayak luas dalam waktu yang bersamaan. Dengnan kemampuannya itu, radio tentu saja memiliki potensi yang besar dalam menyampaikan dan menyebarluaskan informasi. Yang menjadi pertanyaan kini adalah bagaimana memanfaatkan semaksimal mungkin kemampuan yang dimiliki radio agar setiap program acara yang disajikan memberikan manfaat.  Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan radio adalah berkaitan dengan program acara yang disiarkan. Pendengar begitu mempunyai keleluasaan dalam menentukan acara-acra yang menurutnya dapat memberikan kesenangan dan kebutuhannya. Akibatnya, acara yang tidak menarik akan ditinggal pendengar. Lebih jauh lagi, acara yang tidak menarik ini akan dijauhi pengiklan. Sebab acara seperti itu tidak mengundang perhatian dari “orang-orang iklan”. Sebaliknya, program acara yang menarik akan mendongkrak nilai jual dan menempatkan posisi  stasiun yang bersangkutan pada tempat yang terhormat. Rangkaian acara yang menarik akan diformulasiakan ke dalam program yang meliputi waktu pagi, siang, sore, malam dan dini hari. Program tersebut merupakan suatu rangkaian yang dikemas dalam satu format. Setiap stasiun pada dasarnya harus mempunyai  format tang jelas. Format stasiun dapat menjadi ciri khas dari radio yang bersangkutan. Format radio menjadi penting bagi suatu pemancar radio karena akan berkaitan dengan segmentasi khalayak.

1. Acara musik/hiburan
Program musik atau hiburan yang ada diradio merupakan jenis acara yang paling banyak diminati khalayak masyarakat. Radio adalah media hiburan dan musik adalah menu utamanya. Beragam program dengan materi dasar musik berkembang sesuai dengan karakteristik pendengar dan kebutuhan yang menjadi target sasarannya. Pemutaran musik yang mencakup lagu dan instrumen menjadi pemandu utama dan kadangkala sebagai selingan suguhan materi siaran untuk pendengar. Misalkan Kalipakis Ambarbinangun Jogjakarta, berdiri sebuah radio komunitas yang  menamakan dirinya “Suara Malioboro” yang berorientasi seputar anak-anak jalanan. Awal berdirinya stasiun radio ini adalah pada tahun 2000 dan mengalami pindah lokasi hingga tiga kali dikarenakan beberapa faktor, yakni pada tahun 2000 bertempat di Nitiprayan, kemudian tahun 2002 pindah ke Nitipuran dan pada tahun 2005 pindah ke Kalipakis hingga sekarang.  Radio ini dapat memberikan saluran aspirasi, ekspresi, dan interaksi di kalangan anak-anak jalanan, maupun anak kampung dalam menuju reintegrasi.Selain itu radio ini juga sebagai media hiburan bagi khalayak dengan pogram siaran music,masalkan dangdut di sore hari,lagu-lagu nostalgia di malam hari.

2. Acara news/informasi
Program news merupakan salah satu acara yang berfungsi sebagai alat untuk memberi berbagai macam informasi kepada khalayak. Berita adalah laporan faktual mengenai suatu hal atau peristiwa. Sebagai laporan yang faktual, ia harus dipaparkan sebagaiman adanya, tanpa maksud tertentu, tanpa tujuan untuk keuntungan sang wartawan atau orang tertentu. Berita yang obyektif adalah berita yang tidak memihak, tidak cacat, dan tidak diwarnai. Berita saat ini menjadi dominan dalam sebuah acara radio seiring dengan iklim ekonomi dan politik yang semakin terbuka, yang tentu saja mengakibatkan kesadaran kritis di kalangan pendengar. Radio dituntut untuk melayani kebutuhan yang lebih dari sekedar media hiburan. Berita diradio biasanya disiarkan pada jam-jam istirahat siang atau pada saat jeda acara. Setiap format stasiun memiliki jenis berita tersendiri yang layak siar.Misalkan Retjo Buntung (FM) yang tidak sekedar menyediakan music-musik bagi khalayak tetai juga memberikan informasi dan berita-berita actual seputar Yogyakarta kepada masyarakat.

3. Acara talkshow
Acara talkshow yang hadir di radio semakin menjamur sebagi bentuk keingintahuan pendengar terhadap realitas yang terjadi. Kecuali memutar musik, radio juga kerap menuajikan acra tuturan interaktif dengan melibatkan pendenganr. Tujuannya terutama untuk menghibur juga memberikan edukasi. Selain itu format seperti ini mampu menghadirkan suasana meriah di hati pendengar. Talk Show dewasa ini merupakan program primadona, bisa disiarkan secara langsung/interaktif dan atraktif. Ditambah lagi dengan sifatnya yang menghibur (entertainment) karena salah satu “keharusan” sifat berita radio, yang sampai saat ini masih mengundang kontroversi. Entertainment sebenarnya bukan sekedar berarti menghibur, melainkan dinamis dan hidup. Oleh karena itu, peran pemandu /moderator sangat menentukan sukses-tidaknya acara ini. Pilihlah pemandu yang tidak emosional, fair, dan rapi dalam menjelaskan fakta atau opini kepada pendengar.
Perbedaan paling penting antara talk show dan wawancara berita adalah talk show bersifat dinamis, tidak terpaku pada aktualitas topic perbincangan, dan jam tayangnya fleksibel.
Talk Show dapat dimasukkan ke dalam kategori program special atau program  wawancara sebagai acara. Bahkan ada yang menyebut setiap siaran kata adalah talk show, karena mengacu pada arti katanya sendiri yaitu talk  (obrolan) dan show (gelaran).
Contoh : kuis interaktif yang disiarka unisi fm,,.



KESIMPULAN
Radio selama ini dikenal sebagai media yang relatif murah, sederhana dan praktis namun mampu menyampaikan informasi-informasi yang mendidik dan menghibur secara intim, imajinatif, langsung dan cepat. Pengelolaan radio selama ini juga dikenal mampu menghidupkan iklim demokratis dan mampu memberi kejutan yang menyenangkan dengan program-program yang memikat khalayak.
Menurut saya program-program siaran radio swasta di daerah Yogyakarta sudah sesuai format sasiun yakni “news,talk show,dan music..Mislkan radio swasta stasiun radio Retjo  Buntung 99.4 FM,  di Kalipakis Ambarbinangun Jogjakarta, berdiri sebuah radio komunitas yang  menamakan dirinya “Suara Malioboro” yang berorientasi seputar anak-anak jalanan.
Selengkapnya di http://www.maseteguh.com/2015/11/memasang-kode-unit-iklan-adsense.html#ixzz4MoUVmb9a

PERKEMBANGAN MEDIA MASSA DI INDONESIA



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan media di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dunia cetak perlahan-lahan mulai beralih ke dunia digital dan elektronik. Semakin banyaknya perusahaan-perusahaan media memperlihatkan kemajuan yang sangat pesat di dunia media massa. Sayangnya perkembangan media saat ini di Indonesia tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan pendidikan manusianya. Salah satunya adalah pesatnya perkembangan dunia infotaiment di sejumlah televisi. Berita-berita seputar gosip di media massa yang lebih laku dibandingkan berita lain. Tak hanya itu, tayangan-tayangan bombantis, mulai dari isu, gosip hingga mistik lebih banyak dihadirkan dibandingkan berita-berita yang mendidik.
Kepala Republika Online, M Irwan Ariefyanto, menyatakan hingga saat ini, media massa banyak disalahgunakan untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Tak hanya itu, konsep bad news is a good news seolah menjadi paradigma baru di kalangan media massa di Indonesia. “ Ruang lingkup yang begitu sempit sampai masalah privasi dipublikasikan, sedangkan berita tentang masyarakat kita tidak diperdulikan,'' ujar Irwan.
Kang One, panggilan Irwan menilai para wartawan pemburu berita gosip tersebut sebenarnya bukanlah wartawan. ''Mereka lebih disebut pekerja, karena seringkali mengabaikan kaidah-kaidah jurnalistik,'' katanya.
Hal yang sama diutarakan oleh Redaktur Foto Republika Online, Amin Madani. Menurutnya, banyak seklai foto-foto jurnalistik di sejumlah media mengabaikan kode etik dan lebih banyak mengedepankan sensasi. Tidak hanya itu, seringkali foto-foto yang ditampilkan, adalah foto rekayasa dan bukan foto yang diambil dari sebuah kejadian.




A. Rumusan masalah
1. Pengertian media massa?
2. Bagaimana sejarah media massa di Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan media massa di Indonesia?
4. Metodologi?
5. Analisis?
















BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Pengertian
Seperti yang telah disebutkan diatas, media massa merupakan suatu lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang menjalankan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan berbagai jenis media dan saluran yang tersedia. Media massa juga dapat dinyatakan sebagai suatu lembaga kemasyarakatan yang kegiatannya melayani dan mengatur kebutuhan hati nurani manusia selaku makhluk sosial dalam kehidupannya sehari-hari sehingga dalam organisasinya media massa akan menyangkut segi isi dan akibat dari proses komunikasi yang melibatkannya.
Ditinjau dari sistem, media massa merupakan sistem terbuka yang probabilistik. Terbuka artinya bahwa media massa tidak bebas dari pengaruh lingkungan; tetapi dilain pihak media massa juga mempengaruhi lingkungan probabilistik berarti hasilnya tidak dapat diduga secara pasti. Situasi seperti itu berbeda dengan sistem tertutup yang deterministik. Dalam perkembangannya media massa mempunyai dua pengertian, yakni media massa dalam pengertian luas dan media massa dalam pengertian sempit. Media massa dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media elektrolit, radio siaran, dan televisi siaran. Sedangkan media massa dalam arti sempit hanya terbatas pada media cetak, yakni surat kabar, majalah, dan buletin kantor berita.

1.2. Sejarah Media Massa Di Indonesia
Berbicara perihal dunia media massa di Indonesia, tentunya tidak bisa dipisahkan dari hadirnya bangsa Barat di tanah air kita. Memang tidak bisa dimungkiri, bahwa orang Eropa lah, khususnya bangsa Belanda, yang telah berjasa memelopori hadirnya dunia media massa di Indonesia. Masalahnya sebelum kehadiran mereka, tidak diberitakan adanya media masa yang dibuat oleh bangsa pribumi.
Tentang awal mula dimulainya dunia persurat kabaran di tanah air kita ini, Dr. De Haan dalam bukunya, “Oud Batavia” (G. Kolf Batavia 1923), mengungkap secara sekilas bahwa sejak abad 17 di Batavia sudah terbit sejumlah berkala dan surat kabar. Dikatakannya, bahwa pada tahun 1676 di Batavia telah terbit sebuah berkala bernama Kort Bericht Eropa (berita singkat dari Eropa). Berkala yang memuat berbagai berita dari Polandia, Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol, Inggris, dan Denmark ini, dicetak di Batavia oleh Abraham Van den Eede tahun 1676. Setelah itu terbit pula Bataviase Nouvelles pada bulan Oktober 1744, Vendu Nieuws pada tanggal 23 Mei 1780, sedangkan Bataviasche Koloniale Courant tercatat sebagai surat kabar pertama yang terbit di Batavia tahun 1810. Sejak abad 17 media massa di Eropa memang sudah mulai dirintis. Sekalipun masih sangat sederhana, baik penampilan maupun mutu pemberitaannya, surat kabar dan majalah sudah merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat di masa itu. Bahkan, para pengusaha di masa itu telah meramalkan bahwa media massa di masa mendatang merupakan lahan bisnis yang menjanjikan. Oleh karena itu, tidak heran apabila para pengusaha persuratkabaran serta para kuli tinta asal Belanda sejak masa awal pemerintahan VOC, sudah berani membuka usaha dalam bidang penerbitan berkala dan surat kabar di Batavia.
Kendati demikian, tujuan mereka bukan cuma sekadar untuk memperoleh keuntungan uang. Namun, mereka telah menyadari bahwa media masa di samping sebagai alat penyampai berita kepada para pembacanya dan menambah pengetahuan, juga punya peran penting dalam menyuarakan isi hati pemerintah, kelompok tertentu, dan rakyat pada umumnya. Apalagi, orang Belanda yang selalu mengutamakan betapa pentingnya arti dokumentasi, segala hal ihwal dan kabar berita yang terjadi di negeri leluhurnya maupun di negeri jajahannya, selalu disimpan untuk berbagai keperluan.
Dengan kata lain media masa di masa itu telah dipandang sebagai alat pencatat atau pendokumentasian segala peristiwa yang terjadi di negeri kita yang amat perlu diketahui oleh pemerintah pusat di Nederland maupun di Nederlandsch Indie serta orang-orang Belanda pada umumnya. Dan apabila kita membuka kembali arsip majalah dan persuratkabaran yang terbit di Indonesia antara awal abad 20 sampai masuknya Tentara Jepang, bisa kita diketahui bahwa betapa cermatnya orang Belanda dalam pendokumentasian ini.Dalam majalah Indie, Nedelandch Indie Oud en Nieuw, Kromo Blanda, Djawa, berbagai Verslagen (Laporan) dan masih banyak lagi, telah memuat aneka berita dari mulai politik, ekonomi, sosial, sejarah, kebudayaan, seni tradisional (musik, seni rupa, sastra, bangunan, percandian, dan lain-lain) serta seribu satu macam peristiwa penting lainnya yang terjadi di negeri kita.

Sampai akhir abad ke-19, koran atau berkala yang terbit di Batavia hanya memakai bahasa Belanda. Dan para pembacanya tentu saja masyarakat yang mengerti bahasa tersebut. Karena surat kabar di masa itu diatur oleh pihak Binnenland Bestuur (penguasa dalam negeri), kabar beritanya boleh dikata kurang seru dan “kering”. Yang diberitakan cuma hal-hal yang biasa dan ringan, dari aktivitas pemerintah yang monoton, kehidupan para raja, dan sultan di Jawa, sampai berita ekonomi dan kriminal. Namun memasuki abad 20, tepatnya di tahun 1903, koran mulai menghangat. Masalahnya soal politik dan perbedaan paham antara pemerintah dan masyarakat mulai diberitakan. Parada Harahap, tokoh pers terkemuka, dalam bukunya “Kedudukan Pers Dalam Masyarakat” (1951) menulis, bahwa zaman menghangatnya koran ini, akibat dari adanya dicentralisatie wetgeving (aturan yang dipusatkan). Akibatnya beberapa kota besar di kawasan Hindia Belanda menjadi kota yang berpemerintahan otonom sehingga ada para petinggi pemerintah, yang dijamin oleh hak onschenbaarheid (tidak bisa dituntut), berani mengkritik dan mengoreksi kebijakan atasannya.
Kritik semacam itu biasanya dilontarkan pada sidang-sidang umum yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat atau daerah. Kritik dan koreksi ini kemudian dimuat di berbagai surat kabar dalam ruangan Verslaag (Laporan) agar diketahui masyarakat. Berita-berita Verslaag ini tentu saja menjadi “santapan empuk” bagi para wartawan. Berita itu kemudian telah mereka bumbui dan didramatisasi sedemikian rupa sehingga jadilah suatu berita sensasi yang menggegerkan. Namun, cara membumbui berita Verslaag semacam ini, lama-kelamaan menjadi hal biasa. Bahkan, cara-cara demikian akhirnya disukai oleh para pengelolanya karena bisa mendatangkan keuntungan dan berita sensasi memang disukai pembacanya.
Para petinggi pemerintah yang kena kritik juga tidak merasa jatuh martabatnya. Bahkan, ada yang mengubah sikapnya dan membuat kebijaksanaan baru yang menguntungkan penduduk. Keberanian menyatakan saran dan kritik ini akhirnya menular ke masyarakat. Tidak sedikit koran yang menyajikan ruangan surat pembaca yang menampung “curhat” tentang berbagai hal dari para pembacanya. Bahkan, setelah dibentuknya Volksraad (DPR buatan Belanda) pada tahun 1916, kritik yang menyerempet soal politik mulai marak.



Dunia media massa semakin menghangat ketika terbitnya “Medan Prijaji” pada tahun 1903, sebuah surat kabar pertama yang dikelola kaum pribumi. Munculnya surat kabar ini bisa dikatakan merupakan masa permulaan bangsa kita terjun dalam dunia media massa yang berbau politik. Pemerintah Belanda menyebutnya Inheemsche Pers (Pers Bumiputra). Pemimpin redaksinya yakni R. M. Tirtoadisuryo yang dijuluki Nestor Jurnalistik ini menyadari bahwa surat kabar adalah alat penting untuk menyuarakan aspirasi masyarakat. Dia boleh dikata merupakan bangsa kita yang memelopori kebebasan Media massa kaum pribumi.
Sikapnya ini telah memengaruhi surat kabar bangsa pribumi yang terbit sesudah itu. Hal ini terbukti dari keberanian dia menulis kalimat yang tertera di bawah judul koran tersebut, Orgaan bagi bangsa jang terperintah di Hindia Olanda tempat membuka suaranja. Kata terperintah di atas konon telah membuka mata masyarakat, bahwa bangsa pribumi adalah bangsa yang dijajah. Boleh jadi Tuan Tirto terinspirasi oleh kebebasan berbicara para pembesar pemerintah tersebut di atas. Rupanya dia berpendapat, bahwa yang bebas buka suara bukan beliau-beliau saja, namun juga rakyat jelata alias kaum pribumi.
Hadirnya Medan Prujaji telah disambut hangat oleh bangsa kita, terutama kaum pergerakan yang mendambakan kebebasan mengeluarkan pendapat. Buktinya tidak lama kemudian Tjokroaminoto dari “Sarikat Islam” telah menerbitkan harian Oetoesan Hindia. Nama Samaun (golongan kiri) muncul dengan korannya yang namanya cukup revolusioner yakni Api, Halilintar dan Nyala. Suwardi Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantara juga telah mengeluarkan koran dengan nama yang tidak kalah galaknya, yakni Guntur Bergerak dan Hindia Bergerak. Sementara itu di Padangsidempuan, Parada Harahap membuat harian Benih Merdeka dan Sinar Merdeka pada tahun 1918 dan 1922. Dan, Bung Karno pun tidak ketinggalan pula telah memimpin harian Suara Rakyat Indonesia dan Sinar Merdeka di tahun 1926. Tercatat pula nama harian Sinar Hindia yang kemudian diganti menjadi Sinar Indonesia.
Penerbitan media massa pergerakan dilakukan secara sembunyi-sembunyi namun ada juga yang mendapatkan izin dari pemerintahan Belanda.




Munculah kebijakan pembelengguan kebebasan menyuarakan pesan kebebasan negeri yang tertuang dalam undang-undang
(1) Drukpers reglement tahun 1856 tentang aturan sensor preventif.
(2) Pers ordonantie tahun 1931 tentang pembredelan surat kabar.
Pada masa ini tokoh-tokoh pergerakan yang mengopinikan kemerdekan lewat media massa seperti Soekarno, Hatta dan Syahrir dibuang ke Boven Digul oleh dua penguasa tertinggi Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, yaitu Gubernur Jenderal De Jonge (1931-1936) dan Gubernur Jenderal Tjarda van Star. De Jonge sendiri menamakan artikel-artikel tokoh pergerakan (memberi labelling) gezagsvijandige artikel atau tulisan-tulisan yang memusuhi pemerintah.
Di masa pemerintahan Jepang kehidupan pers lebih dipersempit, selain UU Belanda UU No 16 yang pasal-pasalnya sangat menakutkan mengenai izin terbit, pembelengguan kebebasan pers dengan memasukan tokoh-tokoh pergerakan kedalam penjara, dan membreidel penerbitannya diberlakukan. Di setiap surat kabar ditempatkan Shidooin (penasihat) yang tidak jarang menulis artikel dengan mencatat nama anggota redaksi.

1.3. Perkembangan  Media Massa Di Indonesia
Dunia media massa telah menjadi salah satu bagian terpenting dalam sejarah Indonesia. Semenjak kemunculannya yang pertama kali pada abad ke-17 sebelum Indonesia merdeka, dunia media massa telah mengambil perannya sebagai saksi perkembangan tanah air. Berikut ini ada beberapa perkembangan media massa da
a) Pada Zaman Kolonial Belanda
Pada tahun 1828 di Jakarta diterbitkan Javasche Courant yang isinya memuat berita- berita resmi pemerintahan, berita lelang dan berita kutipan dari harian-harian di Eropa. Sedangkan di Surabaya Soerabajash Advertentiebland terbit pada tahun 1835 yang kemudian namanya diganti menjadi Soerabajash Niews en Advertentiebland. Di semarang terbit Semarangsche Advertentiebland dan Semarangsche Courant.
 Di Padang surat kabar yang terbit adalah Soematra courant, Padang Handeslsbland dan Bentara Melajoe.
Di Makassar (Ujung Pandang) terbit Celebe Courant dan Makassaarch Handelsbland. Surat- surat kabar yang terbit pada masa ini tidak mempunyai arti secara politis, karena lebih merupakan surat kabar periklanan. Tirasnya tidak lebih dari 1000-1200 eksemplar setiap kali terbit. Semua penerbit terkena peraturan, setiap penerbitan tidak boleh diedarkan sebelum diperiksa oleh penguasa setempat. Pada tahun 1885 di seluruh daerah yang dikuasai Belanda terdapat 16 surat kabar berbahasa Belanda, dan 12 surat kabar berbahasa melayu diantaranya adalahBintang Barat, Hindia-Nederland, Dinihari, Bintang Djohar, Selompret Melayudan Tjahaja Moelia, Pemberitaan Bahroe (Surabaya) dan Surat kabar berbahasa jawa Bromartani yang terbit di Solo.
b) Pada Zaman Jepang
Ketika Jepang datang ke Indonesia, surat kabar-surat kabar yang ada di Indonesia diambil          alih pelan-pelan. Beberapa surat kabar disatukan dengan alasan menghemat alat- alat tenaga. Tujuan sebenarnya adalah agar pemerintah Jepang dapat memperketat pengawasan terhadap isi surat kabar. Kantor berita Antara pun diambil alih dan diteruskan oleh kantor berita Yashima dan selanjutnya berada dibawah pusat pemberitaan Jepang, yakni Domei. Wartawan-wartawan Indonesia pada saat itu hanya bekerja sebagai pegawai, sedangkan yang diberi pengaruh serta kedudukan adalah wartawan yang sengaja didatangkan dari Jepang. Pada masa itu surat kabar hanya bersifat propaganda dan memuji-muji pemerintah dan tentara Jepang.
c) Pada Masa Revolusi
Pada masa ini, media massa sering disebut sebagai media perjuangan. Media Indonesia menjadi salah satu alat perjuangan untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Beberapa hari setelah teks proklamasi dibacakan Bung Karno, terjadi perebutan kekuasaan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, termasukpers. Hal yang diperebutkan terutama adalah peralatan percetakan. Pada bulan September-Desember 1945, kondisi pers RI semakin kuat, yang ditandai oleh mulai beredarnya koran Soeara Merdeka (Bandung), Berita Indonesia (Jakarta), Merdeka, Independent, Indonesian News Bulletin, Warta Indonesia, dan The Voice of Free In.
d) Pada Masa Demokrasi Liberal
Masa ini merupakan masa pemerintahan parlementer atau masa demokrasi liberal. Pada masa demokrasi liberal, banyak didirikan partai politik dalam rangka memperkuat sistem pemerintah parlementer. Media massa pada masa itu merupakan alat propaganda dari Par- Pol. Beberapa partai politik memiliki media/koran sebagai corong partainya. Pada masa itu, Media massa dikenal sebagai media partisipan.

e) Pada Masa Demokrasi Terpimpin

Pergolakan politik yang terus terjadi selama era demokrasi liberal, menyebabkan Presiden Soekarno mengubah sistem politik yang berlaku di Indonesia. Pada 28 Oktober 1956, Soekarno mengajukan untuk mengubah demokrasi liberal menjadi demokrasi terpimpin. Selanjutnya, pada Februari 1957, Soekarno kembali mengemukakan konsep demokrasi Terpimpin yang diinginkannya. Hampir berselang dengan terjadinya berbagai pemberontakan di banyak daerah di Indonesia yang melihat sentralitas atas hanya daerah dan penduduk Jawa.
Munculnya berbagai pemberontakan di daerah dan di pusat sendiri, membuat Soekarno mengeluarkan Undang-Undang Darurat Perang pada 14 Maret 1957. Selama dua tahun Indonesia terkungkung dalam perseturuan antara parlemen melawan rezim Soekarno yang berkolaborasi dengan militer. Namun, tak berselang lama, Soekarno menerbitkan dekrit kembali ke Undang-Undang Dasar 45, disusul dengan pelarangan Partai Sosialis Indonesia dan Masyumi, karena keterlibatan kedua partai tersebut dalam pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada tahun 1958 di Sumatera.

f) Pada Masa Orde Baru
Setelah berakhirnya peristiwa G 30 S/PKI, berakhir pula masa pemerintahan Orde Lama. Kemudian bangsa Indonesia memasuki alam Orde Baru. Pada awal masa Orde Baru ini fungsi -dan sistem media massa masih belum berjalan dengan baik. Ketika itu surat kabar-surat kabar yang terbit merupakan terompet masyarakat untuk menentang kebijaksanaan Orde Lama clan menyokong aksi-aksi mahasiswa/pemuda sehingga surat kabar-surat kabar yang terbit merupakan parlemen masyarakat.Gejala-gejala media massa liberal kembali melekat.
 Apalagi ketika menjelang Pemilu 1971, sinisme dan kritik yang sifatnya tidak membangun kembali memenuhi lembaran-lembaran surat kabar kita. Timbulnya gejala-gejala yang tidak menguntungkan tersebut, antara lain disebabkan tidak adanya pembinaan yang tegas, baik dari instansi-instansi resmi maupun badan-badan atau organisasi-organisasi yang berkepentingan tentang adanya media massa nasional yang sehat, media massa nasional yang dapat melaksanakan fungsi-fungsinya, baik yang bersifat universal maupun sebagai alat perjuangan bangsa.
Namun, ketika alam Orde Baru ditandai dengan kegiatan pembangunan di segala bidang, kehidupan media massa kita pun mengalami perubahan dengan sendirinya karena media massa mencerminkan situasi dan kondisi dari kehidupan masyarakat di mana media massa itu bergerak. Oleh karenanya, pada masa ini media massa merupakan salah satu unsur penggerak pembangunan. Kita tentu menyadari bahwa pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses perubahan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup rakyat. Namun demikian, kita juga menyadari bahwa perubahan sebagai akibat dari pembangunan tidak akan terjadi jika rakyat tidak mengetahui dan dapat menerima motivasi, metode, dan hasil-hasil yang akan dibawa oleh pembangunan itu. Untuk inilah diperlukan penerangan yang lugs kepada rakyat tentang maksud Berta tujuan pembangunan.
Media massa sebagai sarana penerangan/komunikasi meru¬pakan salah satu alat yang vital dalam proses pembangunan.Seiring dengan laju pembangunan yang sangat pesat pada masa Orde Baru, ternyata tidak berarti kehidupan media massa mengalami kebebasan yang sesuai dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat. Terjadinya pembredelan media massa pada masa-masa ini menjadi penghalang bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi dan memperjuangkan hak-hak asasinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara. Kondisi yang demikian dilatarbelakangi adanya keinginan sekelompok elit yang ingin menguasai pemerintahan. Dengan segala daya dan upaya, para elit berusaha membendung berbagai pemberitaan dan informasi yang dianggap merugikan diri atau kroni-kroninya. Kehidupan pemerintahan diliputi dengan penyalahgunaan kekuasaan, termasuk praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, yang berarti telah mengkhianati amanat rakyat sebagaimana tercantum dalam UUD 1945.Seperti pada masa-masa sebelumnya, masa Orde Baru pun akhirnya tumbang oleh kekuatan rakyat yang dimotori oleh para mahasiswa.
 Salah satu tuntutan mahasiswa-rakyat Wall adanya kebebasan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pendapat dengan lisan dan tulisan, yang berarti adanya jaminan kebebasan media massa.

g) Pada Masa Reformasi
Salah satu tonggak penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia ialah terjadinya reformasi sejak 1998 dengan turunnya Soeharto sebagai presiden RI. Runtuhnya Orde Baru membuka era demokrasi dan kebebasan pers yang sebelumnya tidak pernah mampu dinikmati bangsa Indonesia. Kemudian yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah reformasi, proses demokratisasi, dan kebebasan pers An sudah berjalan dengan baik, khususnya dalam membawa kemajuan rakyat banyak? Salah satu jasa pemerintahan B.J. Habibie pasca Orde Baru yang harus disyukuri ialah pers yang bebas. Pemerintahan Presiders Habibie mempunyai andil besar dalam melepaskan kebebasan pers, sekalipun barangkah kebebasan pers ikut merugikan posisinya sebagai presiden.
Kebebasan di Indonesia dalam era reformasi ditandai dengan lahirnya UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers. Dengan adanya UU Pers tersebut, setiap orang boleh menerbitkan media massa tanpa harus meminta ijin kepada pemerintah seperti sebelumnya. Pers dalam era reformasi tidak perlu takut kehilangan ijin penerbitan jika mengkritik pejabat, baik sipil maupun militer. Dengan UU Pers diharapkan media massa di Indonesia dapat menjadi salah satu di antara empat pilar demokrasi.


Beratnya ongkos produksi dan banyaknya pesaing tidak mengurangi perkembangan media massa di Indonesia sekarang. Akan tetapi, kondisi yang sama juga telah melahirkan jenis-jenis pers yang aneh. Banyak pengamat mengeluh bahwa pers kini sudah memberitakan apa saja, kecuali yang benar. Bila pers Orde Baru ditandai dengan pers yang tidak bebas dan bertanggung jawab; pers Orde Habibie adalah pers yang bebas dan tidak bertanggung jawab.
Diwarnai oleh suasana politik yang tidak menentu, hampir Semua surat kabar memusatkan perhatiannya pada berita politik. Karena situasi politik sebenarnya cenderung tidak banyak berubah, pers menjadi sangat aktif untuk membuat berita politik dengan mengakses sumber-sumber berita yang tidak lazim, sekaligus tidak dapat dipertanggungjawabkan. Dengan segala efek sampingnya, pers kita sekarang sedang menikmati bulan madu kebebasannya. Bila kita kecewa dengan kinerjanya, kita tidak punya hak untuk mencabut kebebasan itu. Semua orang sepakat walaupun sebagian hanya dalam kata-kata bahwa reformasi harus dilanjutkan. Salah satu institusi yang sangat berperan dalam proses reformasi ini adalah pers. Sekaranglah saatnya pers Indonesia menemukan jati dirinya, dengan merumuskan perannya secara jelas. Siapakah yang paling bertanggung jawab di sini? Jelas sekali, bukan pemerintah, bukan Dewan Pers, apalagi TNI; tetapi insan pers sendiri, khususnya para pemimpin dan penentu kebijakan surat kabar.
Dalam hubungannya dengan pemerintah, para pakar komunikasi bercerita tentang tiga modus peran pers. Pers dapat menjadi watch-dog, yang segera menggonggong ketika terjadi penyimpangan pada perilaku rezim. Semua kebijakan pemerintah menjadi target serangan pers. Peran watch-dog ini sudah lama kita tepiskan sebagai peran yang tidak sesuai dengan pers Pancasila. Secara ideal, kita sudah memilih peran pers sebagai mitra pemerintah. Di sini pers berdampingan dengan pemerintah mengemban misi mulia memberikan penerangan dan pendidikan (membangun masyarakat). Lalu, lahirlah pers pembangunan. Secara praktis, pers kita selama Orde Baru mengambil posisi sebagai budak pemerintah. Kemitraan hanya tumbuh di antara yang setingkat, yang sama. Dalam hubungan yang supra dan subordinasi, pers hanya menjadi kuda tunggangan pemerintah. Pers Indonesia sekarang harus menggeser paradigms lama dan harus menjadi lembaga independen, yang memihak pads kebenaran. Pers Indonesia boleh jadi sekali waktu bekerja untuk menyukseskan program pemerintah atau menyorot kebijakan pemerintah dengan kritis atau sekadar mendampingi pemerintah. Akan tetapi, dalam posisi yang bermacam-macarn itu adalah tetap menjadi lembaga yang menuntut perubahan demi kepentingan rakyat banyak. Ini berarti pers harus membantu proses demokratisasi. Demokrasi merupakan sebuah sistem yang berusaha memenuhi keinginan seluruh rakyat. Karena tidak ada satu pun yang dapat memenuhi keinginan seluruh rakyat, maka paling tidak kits harus memperhatikan keinginan rakyat yang terbanyak.
Namun, setelah berjalan kurang lebih lima tahun, yang terjadi bukan pers yang sehat, tetapi anarki di bidang media massa. Pers Indonesia belum mampu menjadi pilar demokrasi dan mendukung reformasi, tetapi malah menjadi salah satu penyebab berbagai macam keresahan sosial. Mengapa demikian? Masalahnya sangat sederhana. Dengan kebebasan pers yang hampir tanpa batas, tetapi tidak diiringi profesionalitas yang tinggi di kalangan pekerja pers, maka yang terjadi ialah penyalahgunaan kekuasaan kalangan pers dalam menjalankan tugasnya. Opini yang berkembang adalah pers gosip, pornografi, clan berita-berita yang tidak bertanggung jawab. Karena itu, dalam pandangan sebagian anggota DPR, ada wacana tentang perlunya merombak UU No. 40 tahun 1999 dengan perlunya memasukkan kembali prinsip perijinan dan mekanisme pengawasan dalam penerbitan pers. Dalam era reformasi ini, bukan pemerintah lagi yang berperan sebagai regulator, tetapi lembaga yang dibentuk kalangan pers sendiri. Pers harus bebas, tetapi kebebasannya harus bermanfaat untuk masyarakat. Wacana perlunya regulator bagi penerbitan media massa mungkin bukan suatu solusi terbaik bagi kalangan media di Indonesia. Namun demikian, jika ingin menyelamatkan demokrasi dan reformasi, maka pers harus menata dirinya sendiri dan mengatur diri tanpa adanya campur tangan (intervensi) dari penguasa.


1.4. Metodologi
Sistem Pers Indonesia membuat masyarakat bebas mengeluarkan aspirasinya pasca Orde Baru. Begitu juga sebagai protes terhadap kebebasan mutlak dari libertarian yang mengakibatkan kemerosotan moral masyarakat. Hal ini dilakukan dengan cara-cara demokratis tetapi bertanggung jawab. Salah satunya dengan memberitakan korupsi yang dilakukan pemerintah sesuai fakta yang akurat.
Penekanan tanggung jawab sosial dianggap penting. Jelasnya, negara adalah masyarakat. Pers yang bekerja berdasarkan teori tanggung jawab harus dapat menjamin hak setiap pribadi untuk didengar dan diberi penerangan yan dibutuhkannya. Dalam beberapa hal rakyat hendaknyadiberi kesempatan untuik menulis dalam media untuk melancarkan kritik-kritiknya terhadap segala sesuatu yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat, bahkan juga kadang-kadang mgritk medianya sendiri.





Ada 5 syarat pers yang bertanggung jawab bagi masyarakat :
1. Media harus menyajikan berita-berita peristiwa sehari-hari yang dipercaya, lengkap, dan cerdas dalam konteks yang memberikannya makna.
2.   Media harus berfungsi sebagai forum untuk pertukaran komentar dan kritik.
3.   Media harus memproyeksikan gambaran yang benar-benar mewakili dari kelompok-kelompok konstituen dalam masyarakat. Ketika gambaran yang disajikan media gagal menyajikan suatu kelompok sosial dengan benar, maka pendapat disesatkan; kebenaran tentang kelompok manapun harus benar-benar mewakili; ia harus mencakup nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi kelompok, tetapi ia tidak boleh mengecualikan kelemahan-kelemahan dan sifat-sifat buruk kelompok.
4.   Media harus menyajikan dan menjelaskan tujuan-tujuan dan nilai-nilai masyarakat.
5.   Media harus menyediakan akses penuh terhadap informasi-informasi yang tersembunyi pada suatu saat. (Ada kebutuhan untuk “pendistribusian berita dan opini secara luas).

1.5. Analisis
Bertitik tolak dari pertanyaan minor di atas, maka hal ini sangat berkaitan dengan upaya memberikan jawaban tentang perkembangan SPI pasca Orde Baru yang keberadaannya tidak disertai identitas yang jelas sehingga memicu terjadinya penyimpangan. Hal ini terjadi karena SPI dipengaruhi oleh nilai, filsafat dan ideologi suatu negara dan ini disebabkan karena latar belakang sosial politiknya. Kehidupan pers dalam suatu negara bergantung pada sistem politik atau ideologi yang dianut oleh negara tersebut karena sistem pers merupakan bagian dari sistem negara. Memang jika kita melihat kembali lembaran-lembaran sejarah pers, peristiwa yang dialami dan menimpa kehidupan pers (khususnya pers dalam negeri) selalu berkaitan dan bergantung pada pengawasan pemerintah yang berkuasa pada saat itu. Pada orde baru dengan Soeharto sebagai pemimpinnya, kehidupan pers dibatasi secara ketat, bahkan cenderung dikekang.
Hal itu dapat dilihat dari pembreidelan beberapa surat kabar pada 1974 setelah peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari (Malari). Contoh yang terkenal ialah Harian Indonesia Raya dengan Mochtar Lubis sebagai punggawanya.
Hal itu dilakukan untuk menjaga pers yang pada saat itu sangat berpengaruh terhadap pembentukan opini publik dan mencegah terjadinya ketidakstabilan politik akibat pemberitaan agar pembangunan, yang sedang gencar-gencarnya dilakukan pada saat itu melalui Pembangungan Jangka Panjang (PJP) dan Pembangunan Lima Tahun (Pelita) yang terkenal dengan ideologi developmentalisme-nya, dapat berjalan lancar. Pers yang berada di bawah sistem negara sangat bergantung pada sistem yang ditentukan oleh negara, yakni sistem politik. Sistem politik, yang tergolong dalam suprastruktur, merupakan cerminan dari kehidupan pada infrastruktur atau basis, yaitu kehidupan ekonomi. Jika dilihat dari faktor utama yang memiliki pengaruh kuat terhadap faktor lainnya seperti yang telah digambarkan sebelumnya maka faktor ekonomilah yang paling berpengaruh terhadap segala sendi kehidupan manusia, termasuk kehidupan bernegara (sejak berdirinya negara modern) dan kehidupan pers di dalam suatu Negara.
            Bila diamati, posisi SPI berada pada sistem pers tanggung jawab sosial. Dimana pemberitaan harus bisa dipertanggung jawabkan kepada rakyat. SPI bila diamati dan dilihat dari sejarah tidak serta merta langsung berposisi kepada sistem tanggung jawab  sosial. Karena SPI mengacu kepada tanggungjawab sosial sejak pemerintahan zama reformasi.                                                                                                                        
Pada masa reformasi, keluarlah UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers. Pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut:
1.   Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan informasi
2. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan hak asasi manusia, serta menghormati kebhinekaan
3.   Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar
4.   Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum
5.   Memperjuangkan keadilan dan kebenaran. UU RI No. 40 Tahun 1999, antara lain juga menjamin kebebasan pers serta mengakui dan menjamin hak memperoleh informasi dan kemerdekaan mengungkapkan pikiran dan pendapat sesuai dengan hati nurani sebagai hak manusia yang paling hakiki.
         

  Pers Indonesia senantiasa berkembang dan berubah sejalan dengan tuntutan
perkembangan zaman. Pers di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan identitas/posisi. Adapun perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut:
•    Tahun 1945-an, pers Indonesia dimulai sebagai pers perjuangan
•    Tahun 1950-an dan tahun 1960-an menjadi pers partisan yang mempunyai tujuan sama dengan partai-partai politik yang mendanainya
•    Tahun 1970-an dan tahun 1980-an menjadi periode pers komersial, dengan pencarian dana masyarakat serta jumlah pembaca yang tinggi
•     Awal tahun 1990-an, pers memulai proses repolitisasi
•    Awal reformasi 1999, lahir pers bebas di bawah kebijakan pemerintahan B.J. Habibie yang kemudian diteruskan pemerintahan Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri.  
                                                 
            Pers Indonesia perlu tetap memiliki landasan untuk menghindari ironi, tirani, dan bahkan hegemoni kekuasaan dalam tubuh pers itu sendiri. Oleh karena itu, pers Indonesia memiliki landasan sebagai berikut ;

1.      Landasan Idiil.
Landasan pertama, yakni landasan idiil pers, tetap pancasila. Artinya, selama ideologi negara tidak diganti, suka atau tidak suka, pers nasional kita harus tetap merujuk kepada pancasila sebagai ideologi nasional, dasar negara, falsafah hidup bangsa, sumber tata nilai, dan sumber dari segala sumber hukum.
2.      Landasan Konstitusional.
Landasan yang menunjuk kepada UUD 1945 setelah empat kali dilakukan amandemen dan ketetapan MPR yang mengatur tentang kebebasan berserikat, berkumpul, dan kebebasan menyatakan pendapat dengan lisan dan tulisan.
3.      Landasan Yuridis Formal.
Mengacu kepada UU Pokok Pers No. 40/ 1999 untuk pers, dan UU Pokok Penyiaran No. 32/ 2002 untuk radio siaran dan media televisi siaran.



4.      Landasan strategis Operasional.
Landasan ini mengacu kepada kebijakan redaksional media pers masing-masing secara internal yang berdampak kepada kepentingan sosial dan nasional.
5.      Landasan Sosiologis Kultural.
Landasan ini berpijak pada tata nilai dan norma sosial budaya agama yang berlaku dan sekaligus dijunjung tinggi oleh masyarakat bangsa Indonesia.
6.      Landasan Etis Profesional.
Landasan ini menginduk kepada kode etik profesi. Setiap organisasi profesi pers harus memiliki kode etik. Secara teknis, beberapa organisasi pers bisa saja sepakat hanya menginduk kepada satu kode etik. Tetapi secara filosofis, setiap organisasi pers harus menyatakan terikat dan tunduk kepada ketentuan kode etik. Ini berarti tiap organisasi pers boleh memiliki kode etik sendiri-sendiri, boleh juga menyepakati kode etik bersama.

BAB III
KESIMPULAN

Sistem Pers merupakan bagian atau subsistem dari sistem yang lebih besar, yaitu sistem komunikasi, sedangkan sistem komunikasi itu sendiri merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan ( sosial ) yang lebih luas. Pers juga merupakan suatu lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang menjalankan kegiatan jurnalistik dengan menggunakan berbagai jenis media dan saluran yang tersedia. Inti permasalahan dalam membicarakan suatu sistem pers, adalah sistem kebebasannya. Suatu sistem pers diciptakan untuk menentukan bagaimana sebaik-baiknya pers itu dapat melaksanakan kebebasan dan tangungg jawabnya. Dilihat dari perkembangannya sistem pers Indonesia dari era suatu pemerintahan, yakni ORDE lama, ORDE baru, dan Reformasi.
Sedangkan sistem pers yang saat ini dianut yakni Pers tanggung jawab sosial, dimana pers harus bertanggung jawab terhadap apa yang diberitakan dan sesuai dengan apa yang dicita-citakan dalam isi dari pancasila. Dalam menjalankan sistem persnya Indonesia memiliki landasan persnya yakni landasan idil, landasan konstitusional, landasan yuridis formal, landasan operasional, landasan sosiologis kultural dan landasan etis profesional.                                                                                                                  
  Namun dibalik hal itu, SPI sebenarnya memberikan kebebasan terhadap masyarakat. Untuk mengaspirasikan pendapatnya. Kemudian juga dilihat dari banyaknya media massa yang melayangkan kritik terhadap pemerintah. Namun setiap kebebasan perlu adanya batasan dan tanggung jawab. Hal ini supaya moral dan etika masyarakat tetap terjaga.



Selengkapnya di http://www.maseteguh.com/2015/11/memasang-kode-unit-iklan-adsense.html#ixzz4MoUVmb9a